Anggota Pengawal Revolusi itu ditangkap di daerah Mashkhel di perbatasan dengan Iran delapan hari setelah seorang pembom bunuh diri menewaskan 42 orang, termasuk enam komandan pasukan elit Pengawal Revolusi, di provinsi Sistan-Baluchestan di bagian tenggara Iran.
Kelompok Muslim Sunni Jundullah mengaku bertanggung jawab atas ledakan itu.
Iran mengatakan kelompok itu beroperasi dari seberang perbatasan di Pakistan. Pada Selasa pekan lalu, seorang komandan senior Pengawal Revolusi mengatakan pasukannya akan diberi izin untuk menghadapi pelaku teror di Pakistan, media resmi melaporkan.
"Itu masalah serius. Kami sedang menyelidiki mengapa mereka melintas ke wilayah kami," kata seorang pejabat keamanan perbatasan Pakistan, yang menolak disebutkan namanya karena ia tidak berwenang untuk berbicara dengan media.
Seorang pejabat lain keamanan Pakistan menyatakan beberapa pejabat perbatasan Iran telah mengatakan kepada mereka bahwa pelanggaran perbatasan itu tidak disengaja dan terjadi setelah personil Pengawal Revolusi melancarkan operasi terhadap gerilyawan Jundullah di dekat perbatasan.
Orang-orang Iran itu ditahan dan tidak jelas kapan mereka akan dibebaskan, kata pejabat Pakistan tersebut. Iran mengatakan kelompok Jundullah memiliki markas di Pakistan dan negara itu mendesak Pakistan untuk menyerahkan pemimpinnya, Abdulmalik Rigi.
Pakistan telah mengutuk pemboman 18 Oktober itu dan membantah pernyataan dari presiden Iran bahwa "beberapa agen keamanan" Pakistan telah bekerja sama dengan pembom. Pakistan juga membantah bahwa Rigi berada di Pakistan.
Hubungan antara Iran dan Pakistan pada umumnya baik dalam beberapa tahun belakangan dan kedua tetangga itu bekerja sama dalam rencana untuk membangun pipa gas alam, tapi Iran menyatakan pemboman bunuh diri pekan lalu dapat mempengaruhi hubungan.
Pakistan telah menjamin Iran bahwa negara itu akan bekerj sama dalam mengejar dan menghukum orang-orang di belakang serangan itu.
Iran juga menuduh AS dan Inggris mendukung Jundullah.
Stephane Dudoignon, seorang pakar Barat mengenai Sistan-Baluchestan, mengatakan kepada Reuters dalam wawancara pekan lalu, munculnya Jundullah bertepatan dengan ledakan dalam penyelundupan obat bius, sumber dana kelompok itu.
Jundullah, kata Dudoignon, menarik ideologi agamanya dari Deobandi Islam, sekolah pemikiran tradisional Sunni yang muncul di British India pada abad ke19 dan sejak itu meluas melintasi Pakistan dan Afghanistan.
Beberapa pengamat mengatakan penggunaan pemboman bunuh dirinya memberi kesan kelompok itu makin dipengaruhi oleh agenda sektarian anti-Syiah dari beberapa kelompok gerilyawan di Pakistan yang juga mengikuti tradisi Deobandi -- seperti yang dilakukan Taliban Afghanistan.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009