Temanggung (ANTARA News) - Hasil panen tanaman jarak di Kabupaten Temanggung belum diproses menjadi bahan bakar minyak nabati atau "biofuel" karena produksi biji jarak hingga sekarang masih digunakan sebagai benih pengembangan lebih lanjut.
Pegiat sosial yang juga perintis tanaman jarak di Temanggung, Edi Sriatmo di Temanggung, Selasa, mengatakan tanaman jarak telah dikembangkan di 15 kecamatan di Temanggung sejak tahun lalu.
"Tanaman jarak tersebut kini sudah menghasilkan buah tetapi masih minim dan digunakan untuk pengembangan benih," katanya.
Ia menyebutkan, Temanggung menghasilkan biji jarak sekitar enam kuintal, masih kecil dibanding daerah lain seperti Boyolali telah mencapai tiga ton setiap panen.
Menurut dia, produksi jarak relatif kecil karena daerah Temanggung terlalu rimbun dengan tanaman tahunan. Setiap lahan petani bisa ditumbuhi 12 hingga 20 jenis tanaman.
Selain itu, katanya, ketika buah jarak sudah waktunya untuk dipanen tetapi petani enggan untuk memanen karena hasilnya masih sedikit.
Ia mengatakan, dilihat dari ketinggian tempat penanaman yang mencapai sekitar 800 meter di atas permukaan air laut sebenarnya tidak masalah, tanaman jarak juga tumbuh dengan subur di daerah itu. Bahkan, kandungan minyak jarak yang dihasilkan cukup baik sekitar 33 persen.
Harga biji jarak kering untuk benih, katanya, Rp1.200 per kg, sedangkan untuk diproses menjadi minyak Rp700 per kg.
"Sebenarnya merupakan kesempatan petani untuk menambah penghasilan karena biji jarak sekarang dibeli untuk benih yang harganya lebih mahal, namun kesadaran masyarakat untuk menanam jarak kurang," katanya.
Ia mengatakan, tanaman jarak terus dikembangkan di Temanggung, meskipun hanya ditanam di pagar sebagai pengganti tanaman yang tidak produktif seperti tehtehan. (*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009