Kabul (ANTARA News/AFP) - Kecelakaan dua helikopter menewaskan 14 prajurit dan warga sipil Amerika di Afghanistan, Senin, salah satu hari terburuk bagi AS sejak invasi ke negara itu pada 2001, kata sejumlah pejabat.

Yang terburuk dari kedua kecelakaan itu terjadi di provinsi Badghis, Afghanistan barat, dimana tujuh prajurit dan tiga warga sipil tewas.

Pasukan pimpinan NATO di Afghanistan menyatakan bahwa kecelakaan itu tidak melibatkan tembakan musuh.

Namun, Taliban mengklaim menembak jatuh helikopter itu dan menuduh bahwa 14 warga sipil Afghanistan tewas dalam serangan udara kemudian yang dilakukan oleh pasukan asing.

Milisi itu juga mengklaim telah menyebabkan tabrakan udara di wilayah selatan negara itu, yang kata Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO menewaskan empat prajurit Amerika.

"Empat prajurit ISAF tewas dan dua lain cedera dalam insiden itu," kata ISAF.

Dua heliokopter tampaknya bertabrakan di udara dan penyebabnya masih diselidiki, namun tidak ada tembakan musuh, kata pasukan itu.

Kecelakaan di Badghis itu terjadi selama operasi pencarian bersama oleh pasukan Barat dan Afghanistan terhadap "sebuah bangunan yang diyakini sebagai tempat persembunyian gerilyawan yang melakukan kegiatan yang berkaitan dengan perdagangan narkotika".

Jurubicara Taliban Qari Yousuf Ahmadi mengatakan kepada AFP, kelompoknya "menembak jatuh" helikopter di Badghis, dan 24 prajurit asing tewas.

Sementara itu di Afghanistan timur, seorang prajurit AS tewas dalam ledakan bom rakitan, Minggu, dan seorang lagi tewas akibat luka-luka yang dideritanya dalam serangan gerilya.

ISAF dan Kementerian Pertahanan Afghanistan mengatakan, dua lusin orang, yang mencakup dua prajurit Afghanistan dan 22 gerilyawan, tewas di wilayah selatan dan tenggara Minggu.

Menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org, 437 prajurit asing tewas di Afghanistan pada 2009, termasuk 269 orang Amerika.

Serangan-serangan Taliban terhadap aparat keamanan Afghanistan serta pasukan asing meningkat dan puncak kekerasan terjadi hanya beberapa pekan menjelang pemilihan umum presiden dan dewan provinsi pada 20 Agustus.

Terdapat lebih dari 100.000 prajurit internasional, terutama dari AS, Inggris dan Kanada, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.

Lebih dari 400 prajurit asing tewas sejak Januari, yang menjadikan 2009 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni tahun lalu, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh diantaranya militan berhasil kabur.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.

Antara 8.000 dan 10.000 prajurit internasional bergabung dengan pasukan militer pimpinan NATO yang mencakup sekitar 60.000 personel di Afghanistan untuk mengamankan pemilihan presiden Afghanistan pada 20 Agustus, kata aliansi itu.

Pemilu yang menetapkan presiden dan dewan provinsi itu dipandang sebagai ujian bagi upaya internasional untuk membantu menciptakan demokrasi di Afghanistan, namun pemungutan suara tersebut dilakukan ketika kekerasan yang dipimpin Taliban mencapai tingkat tertinggi.

Sekitar 300.000 prajurit Afghanistan dan asing mengambil bagian dalam pengamanan pemilu tersebut.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009