Cacaras (ANTARA News/Reuters) - Pihak Venezuela hari Minggu mengatakan bahwa sedikitnya 10 anggota sebuah tim sepak bola amatir Kolombia ditemukan tewas setelah diculik di wilayah perbatasan.
Kasus tersebut makin memperburuk hubungan antara kedua negara bertetangga di Amerika Selatan itu.
Presiden Venezuela Hugo Chavez memanaskan situasi dengan menyebut menteri pertahanan Kolombia mengalami "kelainan mental".
Cararas memutuskan hubungan kedua negara dan mengurangi aktivitas perdanganan pada awal tahun ini karena Kolombia memperbolehkan AS mendirikan pangkalan militer.
Bogota merupakan salah satu sekutu utama AS di kawasan itu.
Para pemain sepak bola Kolombia, yang diculik pada 11 Oktober, ditemukan dengan luka tembakan di negara bagian Tachira, kata Wakli Presiden Venezuela Ramon Carrizales.
Satu dari 12 pria yang diculik itu selamat, sedangkan satu lainya masih hilang, kata pihak berwenang Venezuela.
Penculikan dan kontak senjata sering terjadi di perbatasan kedua negara, dimana gerilyawan Kolombia, milisi, dan gerombolan penjahat beroperasi.
Carrizalez mengatakan, kematian para pemain sepak bola itu berhubungan dengan konflik internal Kolombia. Namun ia tidak menjelaskan lebih lanjut.
Dalam acara di televisi Chavez menyatakan tersinggung dengan komentar menteri pertahanan Kolombia Gabriel Silva bahwa sebagian besar penerbangan ilegal memuat narkoba Kolombia ke Amerika Tengah dan Amerika Serikat kini bertolak dari Venezuela.
Pemerintahan Chavez cepat tersinggung atas tuduhan bahwa pihaknya tidak cukup berupaya untuk mengatasi masalah obat terlarang di Venezuela -- yang telah menjadi salah satu rute perdagangan barang haram itu.
"Pasti orang sakit mental," kata Chavez dalam sebuah acara televisi, Minggu.
"Tapi tidak, tidak, ia tahu apa yang ia sedang lakukan. Ia mengikuti instruksi `penguasa`, karena bukan orang Kolombia yang mengendallikan Kolombia, tapi kerajaan Yankee (AS)," katanya.
Chavez mengatakan, Venezuela adalah korban kepentingan AS dan produsen narkoba Kolombia.
Militer AS dan bantuan lainnya hanya akan menambah masalah di negara produsen kokain terbesar di dunia itu," kata Chavez.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009