Kami akan, sesuai dengan prinsip saling menghormati dan pada saat yang cocok bagi kedua belah pihak, menyambut Dalai Lama untuk datang ke Taiwan lagi untuk menyebarkan ajaran BuddhaTaipei (ANTARA) - Taiwan akan menyambut kunjungan pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama---sebuah perjalanan yang akan memicu kemarahan China yang menganggap dia sebagai seorang separatis berbahaya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Taiwan Joanne Ou mengatakan otoritas setempat belum menerima permohonan dari Dalai Lama untuk melakukan perjalanan ke pulau itu, tetapi akan menanganinya sesuai "aturan yang relevan" jika ia berkunjung.
"Kami akan, sesuai dengan prinsip saling menghormati dan pada saat yang cocok bagi kedua belah pihak, menyambut Dalai Lama untuk datang ke Taiwan lagi untuk menyebarkan ajaran Buddha," kata Ou, Senin.
Dalai Lama belum mengunjungi pulau demokratis yang diklaim China di bawah pemerintahan Tsai Ing-wen, yang pertama kali menjabat pada 2016. Dia terakhir berkunjung pada 2009.
Dalam tautan video yang dikirim kepada para pendukungnya di Taiwan, bertepatan dengan hari ulang tahunnya pada Minggu, Dalai Lama mengatakan ia ingin kembali mengunjungi pulau itu.
"Ketika skenario politik berubah, mungkin saya akan dapat mengunjungi Anda lagi di Taiwan. Saya harap begitu. Apa pun yang terjadi, saya akan tetap bersama Anda dalam semangat," katanya di situs resminya.
His Holiness the Dalai Lama's 85th Birthday Message https://t.co/mux2XI0h3x
— Dalai Lama (@DalaiLama) July 6, 2020
Di sisi lain, Beijing sangat curiga terhadap pemimpin Taiwan, yang diyakini ingin mendorong kemerdekaan resmi pulau itu. Tsai mengatakan Taiwan sudah menjadi negara merdeka yang disebut Republik Cina, nama resminya.
Hubungan Taipei-Beijing semakin memburuk sejak Taiwan menawarkan untuk menerima orang-orang Hong Kong yang ingin meninggalkan kota itu setelah China mengeluarkan undang-undang keamanan nasional baru pekan lalu---sebuah tawaran yang dikutuk Beijing.
Dalai Lama melarikan diri ke pengasingan di India pada 1959 setelah pemberontakan yang gagal melawan pemerintahan China. Ia memenangi Hadiah Nobel Perdamaian pada 1989.
China menuduhnya sebagai "pemecah belah", tetapi Dalai Lama mengatakan dia hanya menginginkan otonomi asli untuk tanah airnya yang terpencil di Himalaya.
Baca juga: Taiwan akan buka kembali konsulat di pulau Guam AS
Baca juga: Maskapai AS siap terbangi China lagi, Taiwan terima warga asing
Sumber: Reuters
Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020