London, (ANTARA News) - Negara-negara Arab dan `bahkan Palestina pun` harus diperbolehkan punya senjata nuklir sepanjang ambisi nuklir Israel ditoleransi, kata pemimpin Libya Moamer Kadhafi dalam wawancara Senin.
Israel secara luas dipandang sebagai satu-satunya negara Timur Tengah yang memiliki senjata nuklir meskipun tak menyatakan sebagai negara nuklir, dan Kadhafi mengatakan kepada jaringan televisi Britain Sky News bahwa masyarakat internasional juga harus mengizinkan negara-negara Arab tetangganya untuk membangun senjata nuklir, sebagaimana dikutip dari AFP.
"Jika Israel punya senjata nuklir dan berkemampuan nuklir, maka Mesir, Suriah, Arab Saudi juga mempunyai hak yang sama - bahkan Palestina pun harus punya hak yang sama karena mitra-mitra mereka, atau musuh-musuh mereka, juga punya senjata nuklir," kata Kadhafi.
Dia menambahkan bahwa: "Dan, kalau kami tak menginginkan situasi ini, maka kami harus melakukan perlucutan senjata Israel, dari senjata nuklir dan kemampuan nuklir mereka."
Pemimpin Libya mengatakan bahwa dia akan menentang kepemilikan senjata nuklir Iran jika negara itu mengakui bertujuan demikian, namun menambahkan bahwa Teheran telah menyatakan bahwa program nuklirnya untuk kepentingan damai - sesuatu yang disengketakan oleh negara-negara Barat.
"Iran, sampai sekarang, mengatakan tak punya pabrik senjata nuklir: Iran mengatakan bahwa yang dia lakukan adalah pengayaan uranium," tutur Kadhafi.
"Jika Iran membuat senjata nuklir, persenjataan nuklir, maka kita semua, termasuk kami, akan menentang mereka. Namun Iran tidak melakukan apa yang mereka tuduhkan."
Dia menambahkan: "Sikap kami jelas dan sangat jelas dengan bukti ... bahwa kami menentang siapapun yang punya pabrik, yang punya senjata nuklir, apakah itu Iran, Amerika, Libya atau Israel."
Sementara itu dia mengatakan, bahwa Presiden Amerika Serikat Barack Obama telah memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian, namun sebenarnya pemberian hadiah itu terlalu cepat.
"Saya percaya bahwa dia melakukan itu, namun pemberian hadiah itu sekarang saya rasa sesuatu yang hipokrisi, sikopansi, dan rasa pikir terlalu dini. Karena semua itu belum dilakukan," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009