Kabul (ANTARA News/AFP) - NATO dan pemerintah Afghanistan mengumumkan, Minggu, mereka akan melakukan penyelidikan atas kematian empat warga sipil yang terbunuh oleh pasukan Barat yang menembaki kendaraan mereka di kota Kandahar, Afghanistan selatan.

NATO mengatakan, pemeriksaan awal mendapati bahwa anggota-anggota Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO melepaskan tembakan Sabtu "ketika supir sebuah kendaraan lokal tidak berhenti ketika bergerak mendekati pasukan ISAF".

"Menurut laporan-laporan awal, pasukan ISAF berusaha berulang kali untuk memberikan tanda kepada kendaraan yang bergerak mendekat dengan tindakan pasif, namun karena khawatir akan keselatam mereka, mereka menembaki kendaraan itu," kata ISAF dalam sebuah pernyataan.

Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengatakan, mereka melakukan penyelidikan terpisah atas tragedi itu dan berjanji akan mencari masukan "dari semua pihak".

Pemerintah provinsi sebelumnya mengatakan, dua wanita dan seorang anak termasuk diantara mereka yang tewas, sementara dua atau tiga warga sipil lain cedera.

Jatuhnya korban sipil merupakan masalah yang sensitif di Afganistan dan telah menjadi sumber ketegangan antara pemerintah Kabul dan pasukan asing yang membantu mereka memerangi Taliban.

Sebagian besar warga sipil tewas selama serangan udara terhadap gerilyawan, namun beberapa orang juga terbunuh dalam penembakan langsung dari konvoi militer terhadap kendaraan sipil -- biasanya mereka disalahartikan sebagai penyerang bom bunuh diri.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Serangan-serangan Taliban terhadap aparat keamanan Afghanistan serta pasukan asing meningkat dan puncak kekerasan terjadi hanya beberapa pekan menjelang pemilihan umum presiden dan dewan provinsi pada 20 Agustus.

Terdapat lebih dari 100.000 prajurit internasional, terutama dari AS, Inggris dan Kanada, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.

Lebih dari 400 prajurit asing tewas sejak Januari, yang menjadikan 2009 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni tahun lalu, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh diantaranya militan berhasil kabur.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.

Antara 8.000 dan 10.000 prajurit internasional bergabung dengan pasukan militer pimpinan NATO yang mencakup sekitar 60.000 personel di Afghanistan untuk mengamankan pemilihan presiden Afghanistan pada 20 Agustus, kata aliansi itu.

Pemilu yang menetapkan presiden dan dewan provinsi itu dipandang sebagai ujian bagi upaya internasional untuk membantu menciptakan demokrasi di Afghanistan, namun pemungutan suara tersebut dilakukan ketika kekerasan yang dipimpin Taliban mencapai tingkat tertinggi.

Sekitar 300.000 prajurit Afghanistan dan asing mengambil bagian dalam pengamanan pemilu tersebut.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009