Pemrotes, yang menyatakan tentara asing telah membakar kitab suci umat Muslim tersebut selama satu serangan di provinsi Maidan Wardak pekan lalu, menghalangi lalulintas di Kabul selama lebih dari satu jam.
Wanita jurubicara pasukan pimpinan NATO dan AS di Afghanistan mengatakan, "Tak seorang pun tentara terlibat dalam peristiwa itu dan menuduh Taliban menyebarkan desas-desus palsu bahwa satu Al-Quran telah dibakar".
Lebih dari 100.000 prajurit asing sedang memerangi perlawanan oleh Taliban di Afghanistan, tempat kerusuhan tahun ini mencapai puncaknya sejak faksi santri tersebut digulingkan oleh pasukan Afghanistan, dukungan AS, pada 2001.
Asap tebal membubung ke udara saat pemrotes membakar orang-orangan besar apa yang mereka katakan sebagai Presiden AS Barack Obama.
"Mati lah Amerika. Hancurkan Israel," demikian teriakan seorang pia pada kegiatan tersebut, yang mulanya kebanyakan dikuti oleh mahasiswa.
Yang lain melemparkan batu dan bentrok dengan polisi tapi tak ada laporan mengenai korban.
"Tidak untuk demokrasi. Kami hanya ingin Islam," demikian tulisan pada satu spanduk yang dibawa pemrotes, banyak di antara mereka mengacungkan tinju ke udara.
Kapten Elizabeth Mathias, seorang petugas media bagi pasukan pimpinan NATO dan AS di Afghanistan, mengatakan Taliban "sedang berusaha merusak citra pasukan asing dengan menyebarkan desas-desus".
"Kami tidak membakar Al-Quran ... Sayangnya pemrotes percaya pada desas-desus Taliban," kata Mathias. Ia menambahkan penyelidikan telah dilakukan mengenai kasus itu.
Taliban tak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009