"Saya tidak khawatir selama semua komponen yang terlibat patuh dan mengikuti aturan yg ditetapkan. Seperti halnya di Korea dalam melaksanakan K-League," ujar Lee seperti dilansir dari laman resmi klub di Jakarta, Minggu.
"Indonesia perlu mencontoh dari negara lain yang sudah berhasil melaksanakan liga dan kompetisi sepak bola dalam masa pandemi," ujarnya menambahkan.
Baca juga: Kiper Bhayangkara FC sempat pesimis liga bisa dilanjutkan
Lee menyambut baik rencana penyelenggaraan kompetisi pada Oktober nanti, meski ia menilai bahwa PSSI terlambat dalam mengambil keputusan. Apalagi banyak pemain yang menggantungkan hidupnya di dunia si kulit bundar.
Awalnya, muncul wacana kompetisi akan dimulai pada September, namun sejumlah klub banyak yang protes. Hingga akhirnya PSSI menggesernya ke bulan Oktober berdasarkan hasil keputusan bersama.
"Tentu saya rindu ingin main sepak bola lagi. Rindu aktifitas dan rutinitas tim dan juga teman-teman di Bhayangkara FC. PSSI cukup terlambat dalam memutuskan segalanya, termasuk liga yang akan start lagi di Oktober. Tapi masih lebih baik bisa start lagi dari pada liga harus stop," kata dia.
Baca juga: PSSI segera koordinasi dengan tim-tim yang keberatan lanjutkan Liga 1
Selama libur kompetisi, Lee Yoo-joon tetap berlatih mandiri. Sesekali, ia menyambangi Stadion PTIK untuk berlatih bersama beberapa pemain Bhayangkara FC lainnya yang menetap di Jakarta guna menjaga kondisi fisik jelang Liga 1 2020.
Lee menjadi bagian penting bagi skuad The Guardian. Ia telah bergabung sejak musim 2016 saat tim asuhan Paul Munster itu masih bernama Bhayangkara Surabaya United.
Ia juga berhasil mengantarkan Bhayangkara FC menjadi juara pada musim 2017. Kini pemain kelahiran Korea Selatan itu tengah menunggu proses naturalisasinya.
Baca juga: Lerby Eliandry tak sabar nantikan kelanjutan kompetisi
Baca juga: PSMS-Sriwijaya heran ada tim tak setuju liga dilanjutkan
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2020