Medan (ANTARA News) - Generasi muda seharusnya memahami sejarah secara mendalam terutama mengenai perjuangan memperebutkan kemerdekaan dari penjajah, sementara sekarang banyak generasi muda tidak memahami sejarah bangsa.

Tokoh Angkatan 66 Sumut, Drs Amran YS, di Medan Minggu mengaku prihatin karena generasi muda sekarang tidak banyak yang memahami sejarah bangsanya sendiri, sehingga rasa kecintaan terhadap negerinya gampang di ombang-ambing kemajuan zaman.

"Untuk itu Angkatan 66 Sumut mendesak kepada pemerintah dan DPRD Sumut serta institusi terkait segera mengeluarkan peraturan daerah mengenai penyusunan sejarah bangsa ini dengan sebenar-benarnya," katanya.

Ia mengatakan, fenomena akan generasi muda yang tidak lagi memahami sejarah bangsanya itu membuat kegelisahan bagi semua pihak terutama bagi Angkatan 66.

"Keresahan itu semakin bertambah karena sesuai penelitian Antropolog Unimed Prof Dr Usman Pelly, bahwa sejarah yang diajarkan di SD, SMP dan SMA, 50 persen isinya tidak benar sesuai fakta yang terjadi," katanya.

Menurut dia, Departemen Pendidikan Nasional bersama TNI harus segera mengumpulkan para ahli dan saksi sejarah yang masih hidup, agar cerita sejarah bangsa ini dapat disampaikan dengan sebenarnya.

"Pemuda sebagai kader pemimpin bangsa juga harus melanjutkan perjuangan Angkatan 66, demi terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa dan berkesinambungannya pembangunan untuk mensejahterakan rakyat," katanya.

Prof Usman Pelly, mengatakan tantangan generasi muda dewasa ini semakin berat dan sangat mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif.

Salah satu yang perlu diwaspadai adalah persoalan terorisme, karena gerakan teroris yang menimbulkan keresahan masyarakat maupun konflik antar kelompok mudah disusupi dan ditunggangi oleh kader komunisme yang diyakini masih ada.

"Bahkan saat ini bisa dipastikan di mana ada konflik maupun keresahan sosial maka pastilah di situ ada oknum komunisme. Untuk itu generasi muda kita harus waspada," kata Gurubesar Unimed ini.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009