Gowa, Sulsel (ANTARA News) - Pasca bentrokan yang terjadi sesama mahasiswa Jurusan Teknologi Informatika Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Kampus II Samata, Gowa, Sulawesi Selatan dijagga ketat aparat Polresta setempat.

Kasat Reskrim Polresta Gowa AKP Agus Salim, Minggu, mengatakan, pihaknya menerjungkan aparat untuk melakukan pengamanan di sekitar lokasi bentrokan.

"Kita hanya ingin memastikan tidak ada keributan lagi di kampus baru itu, sehingga menerjungkan beberapa anggota untuk melakukan pengamanan, baik secara tertutup maupun terbuka," ujarnya tanpa merincikan jumlah personel yang diturunkan.

Ia menjelaskan, bentrokan mahasiswa Kampus II UIN Samata ini hanya dipicu oleh kesalapahaman antar mahasiswa. Tamsil dan Muis melalui utusan atau mandat dari Himpunan mahasiswa Jurusan (HMJ) memperkenalkan laboratorium kepada mahasiswa baru.

Tiba-tiba ada mahasiswa lain merasa keberatan dan berteriak dengan suara lantang, meminta kepada mahasiswa baru itu keluar dari ruangan laboratorium tersebut.

Baik Muis maupun Tamsil merasa keberaatan atas perlakuan senior lainnya sehingga langsung bersitegang. Karena tidak ada yang mengalah, akhirnya bentrokan pun terjadi yang mengakibatkan tangan kanan dari mahasiswa lainnya, Rafi Yusuf patah dan kini harus dirawat di rumah sakit.

Rafi Yusuf (23) masih tercatat sebagai mahasiswa UIN angkatan 2006 ini mengalami patah tangan kanan karena dipukul oleh Tamsil dan Muis. Kedua kelompok berseteru ini masing-masing keberatan dan melapor ke Mapolresta Gowa, Sabtu (24/10) malam.

Pihak kepolisian Polresta Gowa yang menerima laporan bentrokan itu langsung ke tempat kejadian perkara (TKP) dan mengamankan kedua kelompok yang sama-sama satu jurusan yang bertikai itu.

Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan kedua pihak yang bertikai dibawa ke Mapolresta Gowa untuk dimintai keterangannya.

`"Kami berharap agar kedua belah pihak masing-masing menahan diri dan berharap tidak lagi ada tindakan balasan karena pihak kepolisian hingga kini melakukan penyelidikan siapa sebenarnya aktor atau pelaku utama dibalik bentrokan ini,`` ujarnya.

Dia juga mengharapkan kepada pimpinan perguruan tinggi Islam ini utamanya Ketua Jurusan dan Dekan memberi pemahaman kepada para mahasiswa.

Termasuk memberikan kewenangan kepada pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus ini agar tidak terjadi lagi kasus yang sama yang dapat mencoreng nama baik kampus tersebut. (*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009