Tegal (ANTARA News) - Dua anak buah kapal (ABK) KM Tunggal Putra tewas dan tiga lainnya kritis, diduga akibat keracunan limbah ikan saat mereka membersihkan bak penampung ikan di kapal yang sedang merapat di Pelabuhan Tegal, Jawa Tengah itu, Minggu (25/10).
"Dua ABK tewas saat bersama ABK lainnya menguras bak ikan, diduga bak ikan mengandung gas limbah ikan," kata Kepala Kesatuan Pelaksana Pengamanan Pelabuhan Tegal, AKP Sukarno, di Tegal.
Dua ABK yang tewas adalah Andri (25) dan Jatmiko (50), keduanya warga Desa Kesesirejo, Kecamatan Bodeh, Kabupaten Pemalang, Jateng, dibawa ke Rumah Sakit (RS) Mitra Siaga, Tegal, untuk menjalani autopsi
Tiga korban lainnya dalam kondisi kritis adalah Asnuri (45), Sahroni (40), dan Sandi (45). Ketiganya merupakan warga Desa Wanarejan Utara, Pemalang, hingga saat ini mereka masih dirawat di rumah sakit setempat.
"Berdasarkan pemeriksaan sementara oleh petugas medis, tiga korban kritis setelah mengalami penurunan kesadaran, sedangkan kedua jenazah ABK sedang diotopsi," katanya.
Saksi mata, Khalimin, mengatakan, mereka sedang menguras bak ikan di lambung kapal. Sandi yang kelelahan saat menguras bak ikan, digantikan kawannya, Sahroni.
"Namun Sahroni pingsan, tiga ABK lainnya yakni Asnuri, Andri, dan Jatmiko berupaya mengangkat tubuh Sahroni dari bak ikan itu. Tiga orang itu pingsan setelah berhasil mengangkat tubuh Sahroni," katanya.
Beberapa ABK lainnya memberikan pertolongan dan membawa mereka ke RS tetapi dua di antara mereka tewas.
Kapal dengan 47 ABK itu berlayar dari Kalimantan dan sekitar 14 hari terakhir merapat di Pelabuhan Tegal.
Selama 10 hari, mereka bongkar muatan ikan dari kapal itu dan selama empat hari mereka menguras bak penyimpan ikan di lambung kapal tersebut.
"Biasanya bak ikan, tidak dikuras selama satu minggu, tidak masalah, ini baru dibiarkan selama empat hari sudah mengandung gas beracun," katanya.
Kepala Bagian Operasional Polresta Tegal, AKP Warsidin, mengatakan, polisi masih melakukan penyelidikan lebih lanjut tentang peristiwa itu.
"Korban tewas dua dan kritis tiga, kami masih melanjutkan penyelidikan lebih mendalam untuk mengetahui secara pasti penyebab kejadian itu," katanya.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009