Tokyo (ANTARA News/AFP) - Perdana Menteri Jepang Yukio Hatoyama, Minggu, mengatakan bahwa ia tidak terburu-buru membuat keputusan mengenai relokasi sebuah pangkalan militer Amerika Serikat yang kontroversial di Jepang sebelum Presiden AS Barack Obama mengunjungi negara itu bulan depan.
Berbicara dengan media Jepang di daerah wisata pantai Hua Hin, Thailand, tempat ia menghadiri KTT negara-negara Asia, Hatoyama mengatakan: "Saya akan membuat keputusan akhir setelah mendengar berbagai pendapat masyarakat."
"Saya kira saya tidak akan terburu-buru membuat keputusan sebelum
Presiden Obama mengunjungi Jepang" pada 12-13 November, katanya yang dikutip kantor berita Jiji Press.
Masalah Pangkalan Udara Korps Marinir di Funtema, Okinawa itu memudarkan hubungan keamanan Jepang dengan sekutu paling pentingnya itu setelah pemerintah Hatoyama yang berhaluan kiri tengah berkuasa September, mengakhiri setengah abad kekuasaan konservatif.
Pemerintahnya mengatakan mereka akan meninjau kembali perjanjian tahun 2006 untuk memindahkan pangkalan itu dari daerah perkotaan yang padat penduduk ke satu daerah pantai tahun 2014, tetapi juga menyarankan fasilitas itu mungkin dipindahkan dari Okinawa seluruhnya.
Washington meningkatkan tekanan menyangkut masalah itu, dengan Menteri Pertahanan Robert Gates mengemukakan secara tegas kepada Tokyo pekan lalu agar segera melaksanakan rencana yang telah disetujui untuk memindahkan pangkalan ke satu daerah pantai itu.
Menteri Luar Negeri Jepang Katsuya Okada, Jumat mengatakan Pangkalan Udara Futenma seharusnya tidak dipindahkan dari Okinawa tetapi dapat digabungkan dengan fasilitas-fasilitas lain AS di pulau itu, yang mungkin menimbulkan kemarahan baik Washington maupun penduduk pulau itu.
Hatoyama, Minggu mengatakan Okada hanya mengajukan "satu opsi" yang masih akan dipertimbangkan.
Ia mengatakan memindahkan pangkalan itu dari Okinawa "masih dalam rencana" dan "kami masih pada tahap meninjau opsi-opsi. Tentu itu memerlukan waktu."
AS, yang menduduki Jepang setelah Tokyo kalah dalam Perang Dunia II kini menggelar 47.000 tentara di sana, lebih dari separuhnya di Okinawa, lokasi salah satu pertempuran paling berdarah dalam perang itu.
Kehadiran mereka sering menimbulkan pertikaian dengan masyarakat lokal khususnya apabila para prajurit AS melakukan tindak kejahatan.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009