"Selama musim peralihan, potensi angin puting beliung masih tetap ada khususnya di wilayah pesisir," kata Prakirawan Cuaca Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut Diyan Novrida, di Palangkaraya, Sabtu.
Angin puting beliung pada Kamis lalu (22/10) telah melanda Desa Palangkau Baru, Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas hingga menyebabkan 45 rumah di mengalami kerusakan berat dan ringan.
Menurut Diyan, terjangan angin puting beliung serupa masih mungkin terjadi di Kalimantan Tengah mengingat terjadinya perubahan cuaca yang sangat ekstrem dan signifikan.
Perubahan cuaca ekstrem selama musim peralihan itu diperkirakan masih akan memicu terjadinya angin puting beliung dengan kecepatan lebih dari 35 knot di sejumlah daerah di Kalimantan Tengah.
Kemunculan angin puting beliung dapat diketahui dengan sejumlah tanda alam seperti didahului dengan cuaca panas atau gerah saat siang hari dan terbentuknya awan cumulonimbus.
Tanda alam lainnya yang menyertai terjadinya puting beliung yakni adanya hujan gerimis disertai kemungkinan sambaran petir.
Diyan juga mengingatkan para nelayan di pesisir Selatan Kalimantan Tengah agar mewaspadai perubahan cuaca itu, sehingga apabila kondisi cuaca memburuk sebaiknya tidak perlu melaut guna menghindari behaya.
Rata-rata kecepatan angin normal di Kalimantan Tengah saat ini berkisar antara tujuh hingga delapan knot dengan pola angin berasal dari arah tenggara karena terpengaruh siklus Edy.
Diyan menambahkan, kendati Kalteng sering diguyur hujan, namun hujan masih belum normal dan terjadi secara tidak beraturan dengan curah hujan rata-rata sekitar 150 milimeter.
Sementara fenomena El Nino, diakuinya juga masih berpengaruh meski dikategorikan lemah tetapi salah satu dampaknya telah menyebabkan mundurnya musim hujan di Kalteng.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009