Mari sekarang kita bareng-bareng menanam bahan pangan pendamping beras

Magelang (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengajak petani menanam bahan pangan pendamping beras untuk mewujudkan ketahanan pangan di tengah pandemi COVID-19.

"Mari kita lihat kondisi dunia ketika pandemi berjalan, ekonomi mereka sudah minus maka pangan harus menjadi yang utama," kata Ganjar Pranowo dalam webinar Forum Petani Multikultur Indonesia yang diselenggarakan Universitas Muhammadiyah Magelang di Magelang, Sabtu.

Ganjar Pranowo menuturkan setelah ketahanan pangan, yang perlu mendapatkan perhatian berikutnya adalah masalah energi dan kemudian masalah air.

"Kalau hal ini tidak dijaga maka kita tidak akan bisa berdaulat, kemandirian itu tidak akan pernah bisa kita lakukan. Mari sekarang kita bareng-bareng menanam bahan pangan pendamping beras," katanya.

Baca juga: Aman, Mentan perkirakan akhir 2020 masih ada stok beras 6,1 juta ton

Ia mengatakan mungkin sebagian besar peserta yang ikut webinar ini makan nasi dan mulai hari ini bisa membiasakan normal baru untuk urusan mulut dan perut, tidak harus nasi.

Ganjar menyebutkan ada sejumlah makanan alternatif selain nasi, antara lain umbi-umbian, jagung, porang, dan banyak makanan alternatif sebagai pendamping nasi.

"Mari bersama-sama mengembangkan pertanian agar ketahanan pangan dan kedaulatannya cukup soal mulut dan perut agar kita tidak selalu makan gandum atau nasi tetapi asupan gizinya tetap terpenuhi," kata Ganjar Pranowo.

Baca juga: Distan Kalbar: Prospek ekonomi tanaman umbian menjanjikan

Kepala Bidang Kerja Sama dan Pendayagunaan Hasil Perkebunan, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian Tedy Dirhamsyah menyampaikan dalam jangka pendek ketahanan pangan dari sisi produksi akan menghadapi hal yang cukup krusial.

"Kita mengalami kemarau puncak di bulan Agustus, 64 persen wilayah Indonesia akan kekeringan di bulan Agustus, kemudian Juli ini juga akan kekeringan walaupun ada hujan sedikit-sedikit tetapi kekeringan itu justru melanda di Pulau Jawa, NTB, dan wilayah timur Indonesia," katanya.

Menurut dia, hal itu perlu mendapat perhatian. Kalau hanya terfokus pada komoditas beras saja, lanjutnya, maka bisa bermasalah, karena beras tentu akan banyak ditanam di sawah dan perlu air yang cukup tinggi.

"Oleh karena itu kalau kita tanam umbi-umbian tentu akan lebih tahan jika kekurangan air," katanya.

Baca juga: Mentan perkirakan neraca beras hingga Desember masih surplus

Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020