Padang, (ANTARA) - Sorak sorai warga yang tengah asyik menonton atraksi pacu jawi pada areal persawahan penuh lumpur di Nagari Parambahan, Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat terdengar riuh siang itu.
Tiba-tiba dari kejauhan terlihat dua sosok berjalan lokasi. Mereka adalah Culinary Storyteller Indonesia Ade Putri Paramadita, bersama pria berwajah Eropa mengenakan kaus lengan panjang berwarna hitam yang tak lain adalah Gordon James Ramsay seorang koki ternama dunia asal Inggris.
Pacu jawi atau balapan sapi merupakan kegiatan rutin digelar masyarakat setempat usai panen di lahan persawahan pada lintasan sawah berlumpur yang jadi hiburan selalu dinanti masyarakat.
Kedatangan Gordon menyaksikan pacu jawi dalam rangka menyambut tantangan chef legendaris Indonesia Wiliam Wongso untuk memasak rendang yang dinobatkan CNN sebagai makanan terlezat di dunia dari Ranah Minang.
Chef yang dikenal dengan acara TV Hell,s Kitchen itu tengah berburu bahan masakan ke sumber asli mulai dari bahan rempah, hingga daging sapi terbaik untuk dimasak menjadi rendang yang kemudian cita rasanya dinilai langsung oleh Gubernur Sumbar Irwan Prayitno.
Tantangan memasak rendang tersebut tayang pada program Gordon Ramsay: Uncharted dengan tema Season 2 episode Sumatra's Stunning Highlands pada 29 Juni 2020 di saluran National Geographic.
Berbeda dengan karakternya yang galak pada tayangan TV Hell,s Kitchen, Gordon malah terlihat ramah pada setiap orang yang dijumpai, bahkan sesekali diselingi tingkahnya yang kocak.
Awal mula kisah Gordon di Sumatera Barat yang pengambilan gambar dilakukan pada Januari 2020 dimulai saat mencari Wiliam Wongso di Istana Pagaruyung Batusangkar.
Baca juga: Resep terong balado Gordon Ramsay
Makan bajamba
Ketika itu ada acara makan bajamba, prosesi adat Minang menyantap makanan yang dihidangkan di talam dengan duduk bersama di lantai. Di pelataran Istana, Gordon bertemu Wiliam dan mengajaknya menyantap hidangan bajamba. Di sana ia diperkenalkan akan beragam masakan Minang yang kaya rasa terbuat dari beragam komposisi bumbu dan rempah.
Menyantap perkedel kentang, gulai daun singkong dan masakan lainnya membuat Gordon berkeringat kepedasan.
Saat itulah Wiliam menantang pemilik 12 bintang michelin, predikat tertinggi yang dinobatkan bagi restoran terbaik di dunia, memasak rendang Minang.
Perjalanan pun dimulai mencari bahan terbaik mulai dari bumbu hingga daging sapi diawali menyaksikan balapan sapi di Lima Kaum.
"Wow, that amazing, this insane (wow luar biasa, ini benar-benar gila)," ucap Gordon terkesima saat melihat pacu jawi pertama kali.
Gordon pun ditawarkan mencoba jadi joki pacu jawi dengan kompensasi ia akan diberikan daging sapi terbaik untuk membuat rendang.
"Ok saya akan mencoba," katanya mantap.
Tiga kali gagal dan selalu terjatuh di kubangan lumpur membuat warga yang menonton tertawa. Pada kali keempat ia berhasil berdiri di atas bajak ditarik dua ekor sapi yang berlari cepat.
Usai menjajal pacu jawi, perjalanan dilanjutkan dengan melaut bersama nelayan untuk menangkap ikan dan lagi-lagi Gordon menemukan rendang sapi sebagai menu anak buah kapal.
Saat ia bertanya mengapa pilihannya rendang sapi bukan ikan, terungkap alasan rendang sapi lebih tahan lama sehingga bisa disantap nelayan kendati harus berhari-hari melaut.
Baca juga: Resep omelet rendang nikmat ala Gordon Ramsay
Dadiah
Setelah mendapatkan bahan dasar Gordon melanjutkan perjalanan di salah satu pasar tradisional mencari bahan untuk bumbu dan rempah terbaik memasak rendang.
Usai berbelanja beragam bahan bumbu yang dibutuhkan, Gordon memutuskan untuk menggiling halus semua bahan tersebut dengan menggunakan batu lado atau cobek dan ulekan.
Meski pada awalnya ia kesulitan untuk menghaluskan bahan tersebut membuat para ibu-ibu yang menyaksikan tertawa.
Hari yang dinanti pun akhirnya tiba mengambil tempat di Tabiang Takuruang, Ngarai Sianok di Kabupaten Agam yang indah, dua lelaki yang menghabiskan umurnya di dunia masak memasak itu unjuk kebolehan memasak rendang.
Wiliam memasak rendang secara tradisional dengan memasaknya dalam waktu lama hingga delapan jam. Tak mau kalah tidak hanya menyajikan rendang sapi, Gordon juga memasak rendang dari ikan.
Untuk hidangan penutup ia memilih menyajikan dadiah yaitu susu kerbau yang difermentasi menggunakan bambu sehingga teskturnya menyerupai yoghurt.
Tak lupa mereka juga menyajikan durian Sumatera Barat yang dikenal sebagai raja buah dengan cita rasa manis dan legit.
Yang dinanti pun tiba. Gubernur Sumbar dan istri mencicipi rendang yang dimasak Gordon.
Gordon mengaku cemas akan rasa masakannya karena memasak rendang dengan bumbu yang lengkap butuh keahlian dan pengalaman.
"Lamak bana, is delicious," ucap Gubernur Sumbar Irwan Prayitno saat diminta menilai cita rasa masakan Gordon.
Gordon pun puas dan menyatakan pengalamannya mulai dari berburu bahan rendang hingga menyajikan sebagai pengalaman yang luar biasa di Sumatera Barat.
"Ketika sepotong daging rendang sapi masuk mulut pada gigitan pertama itu merupakan kombinasi yang kaya antara daging dengan beragam bumbu ibarat pernikahan sempurna," ucapnya.
Ia beruntung telah menemukan masakan kompleks yang kaya, dikemas penuh dengan rasa dan rempah-rempah dipandu oleh keramahan luar biasa dan tradisi belajar sejarah makanan kembali berabad-abad.
Baca juga: National Geographic Channel bakal dokumentasikan keunikan Tanah Datar
Di balik layar
Usai tayang, program tersebut, selain apresiasi dan pujian, muncul sejumlah pertanyaan di kalangan warganet di media sosial. Bahkan setelah Uncharted tayang sejumlah pihak mempertanyakan kenapa Gordon memilih Wiliam Wongso sebagai mentor memasak rendang.
Beberapa warganet juga menyayangkan perkenalan rendang asal Sumatera Barat dilakukan oleh orang yang bukan asli Minang. Mereka mempertanyakan tidak dilibatkannya ahli lokal yang dinilai lebih paham soal rendang.
Rasa penasaran warganet terjawab sudah setelah mantan Dirut TVRI Helmy Yahya mewawancarai Wiliam pada chanel youtube Helmy Yahya Bicara berjudul Pantas Saja Gordon Ramsay Memilih Wiliam Wongso.
Ternyata terungkap pada September 2019 pihak National Geographic menghubungi Wiliam dan menyampaikan Gordon akan shooting di Tasmania. Setelah itu melanjutkan perjalanan ke India, namun karena terbang melewati Indonesia akan singgah terlebih dahulu.
Sontak negara ASEAN ribut karena mereka rebutan menginginkan Gordon shooting di negara masing-masing, namun pihak National Geographic sudah memutuskan Indonesia.
Muncul pertanyaan, Indonesia ada 17 ribu pulau, Gordon mau shooting di mana? Wiliam pun memberi opsi yaitu Western Sumatra alias Ranah Minang.
Ia pun memberi data soal budaya setempat, makan bajamba, aktivitas tradisional pacu jawi dan dalam dua minggu pihak National Geographic langsung menyetujui.
Setelah kru melakukan riset dan mengecek lokasi akhirnya diputuskan shooting pada Januari 2020.
Wiliam pun segera menghubungi Gubernur Sumbar Irwan Prayitno selaku kawan lamanya dan meminta tayangan awal film ini yaitu shooting makan bajamba harus dibuat semegah mungkin yang langsung diamini.
Untuk membawa peralatan saja dari Tasmania, tim National Geographic membawa barang seberat 800 kilogram dan membayar 24 ribu dolar Amerika Serikat atau Rp360 juta hanya untuk ongkos kelebihan angkut bagasi.
Saat shooting, Wiliam kaget karena berbeda dengan pengalaman selama ini. Dia malah mengaku tak melihat ada kamera, kabel, genset, lighting, tidak ada cut semua roll on atau berjalan alami.
Baca juga: Steak Karambia, perkawinan hidangan Minang dan Barat
Identitas budaya
Antropolog Universitas Andalas (Unand) Padang Dr Yevita Nurti mengemukakan rendang merupakan makanan klasik Minangkabau yang kini sudah mendunia.
"Bahan yang digunakan untuk membuat rendang penuh dengan filosofi dan simbol yang diolah dengan tahapan tertentu untuk menanamkan kesabaran hingga hasilnya pun hadir rendang sebagai makanan yang tahan lama hingga satu bulan," ujarnya.
Akan tetapi ia melihat rendang yang dibuat orang Minang tempo dulu dengan yang sekarang sudah mengalami banyak perubahan.
Ia mengungkap rendang tempo dulu dibuat dengan bahan terbaik dan dimasak dalam waktu lama menggunakan kayu bakar sehingga tahan lama.
Rendang hari ini banyak yang sudah instan dan dimasak menggunakan kompor gas dalam waktu cepat.
Selain itu saat ini masyarakat sudah lebih kreatif dalam mengolah rendang mulai dari belut, ikan, telur, pakis dan lainnya.
Yevita memaparkan unsur budaya melekat kuat dalam rendang dan tergantung sumber daya lingkungan yang ada di sekitar.
Kemudian kompleksnya campuran bumbu rendang amat dipengaruhi oleh masuknya pedagang asal India ke Minang membawa rempah yang kemudian terjadi akulturasi budaya dalam makanan.
Terkait dengan masakan Minang yang identik dengan penggunaan santan dan cita rasa pedas ia menyampaikan terdapat pepatah dalam adat yaitu "condong mato ka nan rancak, condong salero ka nan lamak" yang artinya kecenderungan mata melihat yang indah dan kencenderngan selera merasakan yang enak.
"Bagi orang Minang yang namanya makanan enak itu betul-betul ada di lidah yang harus kaya dengan rasa," ujarnya.
Saat ini ia melihat rendang bukan lagi sebatas makanan tapi sudah mengglobal dibuktikan ketika seseorang bepergian ke luar negeri atau daerah lain begitu menyebut rendang akan diidentikkan dengan Padang dan Minang.
"Rendang telah menjadi identitas budaya dan di semua tempat di Tanah Air maupun luar negeri yang namanya rumah makan Padang pasti ada menu rendang," katanya lagi.
Demikian juga bagi orang Minang yang tengah berada di luar Sumbar atau sedang merantau, masakan Minang akan tetap melekat di lidah mereka sebagai salah satu identitas budaya.*
Baca juga: Mengenal penganan sala lauak khas Pariaman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020