Jakarta (ANTARA News) - Organisasi relawan kesehatan Indonesia MER-C mengungkapkan bahwa peneliti-peneliti Indonesia hanya sebagai pengumpul sampel dan tidak mempunyai akses langsung terhadap sampel yang diserahkan mereka kepada NAMRU.
"Betul ada manfaatnya bagi sebagian peneliti Indonesia bahwa mereka bisa bersinggungan dengan teknologi-teknologi modern, tetapi peneliti-peneliti Indonesia hanya sebagai pengumpul sampel dan tak punya akses langsung terhadap sampel yang diserahkan mereka kepada Namru," kata Presidium "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia dr Joserizal Jurnalis, Sp.OT di Jakarta, Jumat.
Dalam keterangan pers itu ia mengingatkan semua elemen bangsa Indonesia bahwa NAMRU (Naval Medical Research Unit) --unit penelitian kesehatan angkatan laut Amerika Serikat (AS)-- adalah persoalan bagi bangsa dan keberadaannya sebagai lembaga riset perlu diwaspadai dengan sejumlah alasan.
Alasan pertama, mereka bisa membawa spesimen virus keluar masuk dari Indonesia tanpa diperiksa oleh badan berwenang yang ada.
Kedua, NAMRU sudah lama melakukan penelitian tentang penyakit-penyakit yang berbahaya secara massal, tetapi penyakit-penyakit itu sampai saat ini bukannya tambah mudah untuk diatasi, tetapi makin sulit dan makin susah untuk diprediksi, sebagai contoh penyakit demam berdarah.
"Sewaktu saya masih bertugas di Puskesmas (tahun 1990-an), outbreak penyakit demam berdarah adalah lima tahun sekali, sekarang outbreak-nya semakin susah diprediksi, kadang sekali sebulan, sekali seminggu. Oleh sebab itu, kami menyatakan bahwa NAMRU tidak bermanfaat bagi Republik ini," katanya.
Ketiga, akhir-akhir ini banyak sekali penyakit yang sulit dibayangkan ada di negara ini, dan penyakit tersebut penyebarannya juga dipertanyakan dan tidak mengikuti norma kaidah penyebaran penyakit menular secara ilmu pengetahuan (epidemologi).
"Dan kita mencurigai bahwa penyebaran penyakit tersebut seperti direkayasa," katanya yang saat itu didampingi Ketua Presidium MER-C dr Sarbini Abdul Murad.
MER-C juga menyatakan bahwa NAMRU adalah lembaga yang didukung oleh sebagian aparatur pemerintah, karena mereka ingin keberadaan NAMRU dilanjutkan.
"Memang Ibu Menkes sebelumnya, Siti Fadilah Supari sudah menutup NAMRU dengan surat keputusan tanggal 16 Oktober, tetapi akan dilanjutkan dengan kerja sama sipil dengan sipil," katanya.
Namun, katanya, pada hakikatnya, kerja sama sipil dengan sipil apabila tidak diwaspadai poin demi poin perjanjiannya akan tetap merugikan Indonesia, yaitu posisi peneliti Indonesia hanya tetap sebagai pengumpul sampel.
Oleh sebab itu, pihaknya menengarai beberapa orang sebagai pendukung NAMRU yang perlu dikritisi dan diingatkan kepada masyarakat luas, yakni Dino Pati Jalal, yang juga Juru Bicara Presiden RI, dan Menkes yang baru Endang Rahayu Sedyaningsih, karena pernah membawa virus flu burung keluar dari negara ini, dan beralasan membawa virus adalah suatu hal yang biasa saja.
Atas anggapan tersebut, dalam beberapa kesempatan, Menkes baru Endang Rahayu Sedyaningsih telah membantah tuduhan semacam itu.
Menurut Joserizal, bila dilihat dari segi kaidah penelitian memang membawa virus adalah seperti hal biasa.
"Tetapi dunia ini tidak diatur seperti yang tampak adanya bahwa virus sangat penting bagi negera kita. Virus ini juga akan digunakan oleh pabrik swasta untuk memproduksi vaksin. Vaksin tersebut kemudian bukan dikasih gratis kepada kita tetapi kita beli dengan pinjaman atau membeli langsung," katanya.
Oleh sebab itu, kata dia, keberadaan virus suatu penyakit yang ada di negara Indonesia mutlak milik negara, dan apabila orang lain ingin melakukan sharing terhadap virus tersebut, seperti untuk masalah ilmu pengetahuan, harus ada ketentuan yang jelas bahwa virus tersebut DNA-nya atau apa pun informasi yang ada pada virus tersebut tidak digunakan untuk hal-hal yang bersifat bisnis.
"Apalagi digunakan untuk hal-hal yang lebih mengerikan lagi seperti senjata biologis. Ke depan, bahaya yang mengancam negara kita tidak hanya persoalan ekonomi," katanya.
Karena itu, MER-C menegaskan bahwa Menkes yang baru harus mempunyai integritas untuk melindungi rakyat Indonesia.
"Jadi jangan hanya mempunyai mindset bahwa dia berhak membawa sampel keluar Indonesia sebagai peneliti. Saya yakin apabila Menkes tidak waspada dan tidak ingin membela rakyatnya, maka kejadian seperti NAMRU akan terulang," katanya. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009