Taipei (ANTARA News/AFP) - Pemimpin etnik Uighur Rebiya Kadeer bukan seorang teroris, kata Presiden Taiwan Ma Ying Jeou seperti dikutip satu surat kabar, Jumat, ketika membicarakan salah satu dari masalah-masalah paling peka mengenai hubungan negara pulau itu dengan China.
Ma ditanya dalam satu wawancara dengan suratkabar Appel Daily yang berpusat di Taipei apakah Rebiya, yang tinggal di pengasingan di Amerika Serikat itu seorang teroris, ia menjawab "tidak". Ia tidak menjelaskan lebih jauh mengenai masalah itu.
Rebiya, yang dicap sebagai "penjahat" oleh Beijing menjadi satu masalah kontroversial dalam diplomasi China - Taiwan.
Ma, yang ingin memperkuat hubungan dengan China, mengisyaratkan tidak ingin menempatkan kebijakannya tentang China daratan berada dalam bahaya.
Pemerintahnya bulan lalu mengatakan tak akan mengizinkan Rebiya mengunjungi pulau itu, dan menyebut Kongres Uighur Dunia yang dipimpin Rebiya memiliki hubungan dekat dengan Gerakan Islam Turkestan Timur.
Rebiya membantah memiliki hubungan dengan Gerakan Islam Turkestan Timur, yang masuk daftar teroris versi Amerika Serikat.
Wakil menteri dalam negeri Taiwan Chien Tai-lang mengatakan sebelumnya pemerintah tetap berpegang dengan keputusannya untuk melarang Kadeer mengunjungi pulau itu.
"Keputusan itu didasarkan pada kekhawatiran bagi keamanan nasional dan kepentingan nasional. Kami tidak menyebut dia seorang teroris. Tidak ada alasan untuk meminta maaf," kata Chien kepada AFP sebelumnya.
Beijing menuduh Rebiya terlibat aksi kekerasan di kampung halamannya wilayah Xinjiang, China barat laut itu, yang menewaskan sekitar 200 orang.
China belum lama ini menjatuhkan hukuman mati terhadap sejumlah orang sehubungan dengan kerusuhan itu. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009