New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak mentah melemah pada Kamis waktu setempat, karena aksi ambil untung setelah melambung setinggi 82 dolar per barel didukung menyusutnya cadangan geser energi AS dan melemahnya greenback, kata para pedagang.
Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Desember, turun 18 sen menjadi berakhir pada 81,19 dolar per barel setelah menyentuh 82,00 dolar pada Rabu - tingkat yang terakhir terlihat pada 14 Oktober 2008.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember juga kehilangan 18 sen menjadi berakhir pada 79,51 dolar, setelah mencapai tertinggi 80,26 yang hari sebelumnya.
"Sudah ada cukup volatilitas selama sehari," kata analis Prestige Economics, Jason Schenker, menambahkan bahwa aksi amabil untung (profit taking) terus mencengkeram pasar karena harga cepat melompat pada Rabu.
Dia mengatakan ada potensi untuk harga yang lebih tinggi dalam jangka waktu pendek.
"Dengan pasar berlari bergairah, hanya data pertumbuhan ekonomi negatif yang mungkin meyakinkan menghentikan lari lebih jauh lebih tinggi," kata Schenker.
Perekonomian AS diperkirakan akan mencatat pertumbuhan pertama dalam satu tahun di kusrtsl ketiga tahun 2009 menyusul resesi yang dimulai pada Desember 2007, kata para analis.
Kedua kontrak telah meningkat nilainya pada Rabu, terangkat oleh penurunan stok energidi AS yang dipandang sebagai tanda peningkatan permintaan di pengguna energi terbesar dunia.
Data yang dikeluarkan Rabu oleh Departemen Energi AS menunjukkan cadangan bensin tenggelam 2,3 juta barrel dalam pekan hingga 16 Oktober, lebih besar daripada penurunan 800.000 barel yang diperkirakan sebagian besar analis.
Minyak telah terus meningkat dalam beberapa hari terakhir, dipicu oleh mata uang AS yang lemah, yang membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih murah bagi pemegang unit asing yang lebih kuat.
Tetapi ada keraguan tentang apakah harga minyak dapat dipertahankan pada tingkat di atas 80 dolar mengingat keadaan ekonomi global rapuh, meskipun ada beberapa tanda-tanda pemulihan.
"Sekarang harga minyak ke atas 80 dolar, OPEC khawatir apa yang mungkin terjadi pada permintaan," kata analis Phil Flynn dari PFG Best.
Sekjen OPEC Abdalla Salem El-Badri mengatakan di London Kamis bahwa kartel akan mempertimbangkan meningkatkan produksi minyak mentah di pertemuan berikutnya pada Desember jika kondisi kunci terpenuhi.
Kartel "tidak akan ragu untuk meningkatkan produksi pada bulan Desember", kata dia kepada wartawan, menambahkan keputusan itu tergantung pada tingginya harga minyak, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan tidak ada penyimpanan mengambang minyak mentah.
Ke-12 negara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang memompa 40 persen persediaan minyak mentah dunia, akan menyelenggarakan pertemuan berikutnya di Luanda, Angola, pada 22 Desember.
Harga minyak jatuh dari tertinggi sepanjang sejarah lebih dari 147 dolar pada Juli 2008 menjadi sekitar 32 dolar pada Desember karena resesi global, tetapi bangkit kembali sejak ada harapan pemulihan. (*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009