London (ANTARA News/AFP) - Seorang prajurit Inggris tewas Kamis dalam ledakan ketika sedang melakukan patroli jalan kaki di Afghanistan, demikian diumumkan Kementerian Pertahanan Inggris.
Dengan kematian itu, jumlah prajurit Inggris yang tewas di Afghanistan sejak invasi 2001 menjadi 222.
Prajurit anggota Polisi Militer Kerajaan itu tewas di dekat Gereshk di provinsi Helmand, Afghanistan selatan, dimana pasukan Inggris memerangi Taliban.
Seorang jurubicara Satuan Tugas Helmand Letkol David Wakefield mengatakan, "Dengan sedih saya mengkonfirmasi kematian seorang prajurit, seorang Polisi Militer Kerajaan, dalam ledakan pada hari ini di provinsi Helmand. Ia tewas melakukan tugasnya dan kami akan mengenangnya."
Keluarga prajurit itu telah diberi tahu mengenai kematiannya.
Banyak prajurit Inggris tewas akibat ledakan bom-bom pinggir jalan rakitan yang dipasang Taliban.
Inggris mengirim 500 prajurit tambahan ke Afghanistan, sehingga jumlah pasukannya menjadi 9.500 personel, kontingen terbesar kedua setelah AS.
Serangan-serangan Taliban terhadap aparat keamanan Afghanistan serta pasukan asing meningkat dan puncak kekerasan terjadi hanya beberapa pekan menjelang pemilihan umum presiden dan dewan provinsi pada 20 Agustus.
Terdapat lebih dari 100.000 prajurit internasional, terutama dari AS, Inggris dan Kanada, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.
Lebih dari 400 prajurit asing tewas sejak Januari, yang menjadikan 2009 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni tahun lalu, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh diantaranya militan berhasil kabur.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.
Antara 8.000 dan 10.000 prajurit internasional bergabung dengan pasukan militer pimpinan NATO yang mencakup sekitar 60.000 personel di Afghanistan untuk mengamankan pemilihan presiden Afghanistan pada 20 Agustus, kata aliansi itu.
Pemilu yang menetapkan presiden dan dewan provinsi itu dipandang sebagai ujian bagi upaya internasional untuk membantu menciptakan demokrasi di Afghanistan, namun pemungutan suara tersebut dilakukan ketika kekerasan yang dipimpin Taliban mencapai tingkat tertinggi.
Sekitar 300.000 prajurit Afghanistan dan asing mengambil bagian dalam pengamanan pemilu tersebut.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009