Islamabad (ANTARA News/Reuters) - Orang bersenjata menembak tewas seorang brigidir jendral Pakistan dan sopirnya di ibukota Islamabad, Kamis, pada saat militer negara itu terus melancarkan serangan terhadap Taliban, kata polisi.

Belum jelas siapa yang bertanggungjawab atas serangan yang terjadi manakala negara sedang siaga tinggi di tengah kekhawatiran terjadinya serangan balasan oleh kelompok garis keras.

Tentara Pakistan menyerang kubu pertahanan garis keras di Waziristan Selatan, perbatasan Afghanistan.

Orang bersenjata berkendarai sepeda motor itu membunuh Brigjen Moin Haider dan sopirnya, kata perwira polisi kota Tahir Alam. Sedangkan pengawalnya cedera dalam serangan itu.

"Para saksi mata mengatakan kepada kami bahwa dua orang yang datang dengan sepeda motor, dan kemudian melepaskan tembakan," kata petugas kepolisian kota lainnya, Abdul Qadir.

Juru bicara militer tidak bisa dihubungi untuk diminta komentarnya mengenai kasus ini.

Pasukan Pakistan, Sabtu, melancarkan serangan untuk menguasai Waziristan Selatan yang tidak patuh hukum, setelah kaum militan mengguncang negara dengan serangan-serangan bom dan serangan bunuh diri, yang menewaskan lebih dari 150 orang.

Pada Selasa lalu, dua pembom bunuh diri menyerang satu universitas di Islamabad, menewaskan sedikitnya empat orang. Pada hari berikutnya, pemerintah memerintahkan sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi ditutup di seluruh negeri.

Sebagian besar sekolah dan perguruan-pergurunan tinggi itu hingga Kamis masih tutup.

Penutupan sekolah-sekolah tersebut berdampak negatif terhadap para investor pasar saham, dan indeks utama berakhir dengan penurunan 3,36 persen lebih rendah dengan nilai 9.282,68 pada Kamis.

Daerah sekitar dan sabuk suku Waziristan Selatan, yang bergunung cadas dan berhutan jarang yang terputus oleh sungai-sungai kering dan jurang-jurang, adalah tempat persembunyian kelompok garis keras global.

Media Pakistan dan masyarakat pada umumnya mendukung serangan tersebut, namun bahaya menyebar dengan adanya perintah penutupan sekolah-sekolah, dan mendorong pasar saham cepat bertindak Rabu. Ini semua menunjukkan kecemasan umum.

Berkaitan makin intensifnya serangan-serangan kelompok garis keras di pusat-pusat pemukiman, mulai menguji kesabaran masyarakat. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009