Dera Islamil Khan, Pakistan (ANTARA News/Reuters) - Sejumlah helikopter meriam Pakistan menyerang pangkalan-pangkalan Taliban di dekat perbatasan dengan Afghanistan, Rabu, dan militer mendesak pasukan NATO menutup perbatasan untuk membendung gerakan lintas batas militan.
Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif sejak Sabtu untuk menguasai lagi kawasan Waziristan Selatan setelah militan melakukan serangkaian serangan bunuh diri dan pemboman yang menewaskan lebih dari 150 orang.
Enam orang tewas dalam dua serangan bom bunuh diri di Universitas Islam Internasional di Islamabad, ibukota Pakistan, Selasa, dan pihak berwenang segera memerintahkan penutupan lembaga-lembaga pendidikan di negara tersebut.
Waziristan Selatan, daerah pegunungan berhutan dan terpencil, merupakan sebuah tempat persembunyian global bagi militan.
Ofensif Pakistan itu diikuti secara cermat oleh AS dan negara-negara kuat lain yang terlibat dalam operasi di Afghanistan.
Pasukan pemerintah semula menghadapi perlawanan ringan namun pertempuran menghebat ketika mereka mendekati pangkalan-pangkalan utama militan di kawasan pegunungan.
Pasukan menyerang pangkalan-pangkalan Makeen dan Ladha dengan helikopter meriam dan artileri pada Rabu, kata sejumlah pejabat keamanan.
Qari Hussain Mehsud, seorang komandan senior Taliban yang dikenal sebagai pelatih serangan bom bunuh diri, hari Selasa menyebut BBC bertanggung jawab atas serangan-serangan terhadap Universitas Islam dan mengatakan, militan kini menganggap "seluruh Pakistan sebagai zona perang".
Militer melaporkan pertempuran sengit untuk menguasai Kotkai, kampung halaman Hussain dan juga tempat lahir pemimpin Taliban Hakimullah Mehsud.
Pasukan keamanan menguasai Kotkai dalam pertempuran Senin malam namun militan segera merebutnya lagi dalam serangan balasan mereka.
Sementara pasukan pemerintah terus melancarkan serangan terhadap Taliban di Waziristan, militer mendesak pasukan NATO di Afghanistan menutup perbatasan untuk "mencegah gerakan lintas batas dan penyelundupan senjata".
Ketua Komite Kepala Staf Gabungan Pakistan (JSCS) Tariq Majid menyampaikan seruan itu pada pertemuan dengan Kepala Staf Pertahanan Inggris Sir Jock Stirrup.
Militer menyatakan, 115 militan dan 16 prajurit tewas sejak operasi itu diluncurkan Sabtu namun konfirmasi independen mengenai hal itu tidak bisa diperoleh.
Pemerintah pada Juni memerintahkan operasi terhadap pangkalan Taliban dan Al-Qaeda di daerah pegunungan Waziristan Selatan, namun sejauh ini baru dilakukan serangan udara dan sesekali serangan artileri terhadap markas militan.
Pasukan Pakistan mengklaim sejumlah kemenangan militer atas Taliban tahun ini, namun serangan-serangan terus berlangsung, sebagian besar di wilayah baratlaut.
Daerah suku Pakistan, khususnya Lembah Swat, dilanda konflik antara pasukan pemerintah dan militan Taliban dalam beberapa waktu terakhir ini.
Militer Pakistan meluncurkan ofensif setelah Taliban bergerak maju dari Swat ke Buner, ke arah selatan lagi menuju ibukota Pakistan, Islamabad, setelah Washington menyebut kelompok itu sebagai ancaman bagi keberadaan Pakistan, negara yang bersenjatakan nuklir.
Pakistan menyatakan, lebih dari 1.930 militan dan 170 personel keamanan tewas, namun jumlah kematian itu tidak bisa dikonfirmasi secara independen.
AS mendukung ofensif militer Pakistan terhadap Taliban di Lembah Swat dan daerah-daerah baratlaut sekitarnya, yang diluncurkan pada akhir April setelah serangan-serangan sebelumnya yang menterlantarkan 1,9 juta orang.
Ofensif militer diluncurkan di distrik-distrik Lower Dir pada 26 April, Buner pada 28 April dan Swat pada 8 Mei. Ofensif itu mendapat dukungan dari AS, yang menempatkan Pakistan pada pusat strateginya untuk memerangi Al-Qaeda.
Swat dulu merupakan daerah dengan pemandangan indah yang menjadi tempat tujuan wisata namun kemudian menjadi markas kelompok Taliban.
Perjanjian yang kontroversial antara pemerintah dan ulama garis keras pro-Taliban untuk memberlakukan hukum Islam di sebuah kawasan di Pakistan baratlaut yang berpenduduk tiga juta orang seharusnya mengakhiri pemberontakan Taliban yang telah berlangsung hampir dua tahun.
Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani mendesak rakyat Pakistan bersatu melawan kelompok ekstrim, yang menurutnya mengancam kedaulatan negara itu dan yang melanggar perjanjian perdamaian tersebut dengan melancarkan serangan-serangan.
Para pejabat PBB mengatakan, sekitar 2,4 juta orang mengungsi akibat pertempuran itu -- sebuah eksodus yang menurut kelompok-kelompok hak asasi merupakan perpindahan terbesar penduduk di Pakistan sejak negara itu terpisah dari India pada 1947.
Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009