Teheran (ANTARA News/AFP) - Pembom jibaku, yang membunuh panglima pasukan khusus Pengawal Revolusioner pada ahir pekan lalu adalah pecandu narkoba, yang sudah ditinggalkan keluarganya, kata kantor berita Fars pada Rabu.
Pembom itu, Abdolvahed Mohammadi Saravani, ketagihan metamfetamin, obat perangsang saraf pusat, kata laporan itu tanpa mengutip sumber.
Keluarga membuangnya, membuatnya "umpan bagus bagi kelompok teroris, yang menyuap dan membayarnya", tambah laporan tersebut.
Kelompok pemberontak Sunni Jundullah, yang bergerak di propinsi Sistan-Baluchestan, Iran tenggara, juga menyebut Mohammadi Saravani pembom, yang melancarkan serangan Minggu di kota Pisheen di dekat perbatasan dengan Pakistan itu.
Jundullah (Tentara Tuhan) melancarkan pemberontakan Sunni di propinsi Sistan-Baluchestan hampir sedasawarsa terhadap pemerintah Syiah Teheran.
Kelompok itu menggambarkan serangan Saravani "gerakan mati syahid" dan menyebutnya pembalasan atas "luka rakyat Baluch, yang bertahun mengalir tanpa henti", dalam pernyataan terpampang pada Senin di laman Jihadist Internet, kata Kelompok Sandi SITE.
Jaksa tertinggi pada Selasa menyatakan tiga orang Iran ditangkap pada ahir pekan lalu atas serangan bom maut pada pasukan khusus Pengawal Revolusioner.
Mohammad Marziah, jaksa Zahedan, ibukota propinsi Sistan-Baluchestan, Iran tenggara, tempat serangan itu terjadi pada Minggu, menyatakan yang berwenang belum menangkap seorang "teman" pembom jibaku tersebut.
"Karena alasan keamanan, saya tidak merinci nama mereka, tapi teroris itu orang Iran, namun yang menemani pembom jibaku tersebut belum tertangkap," kata Marziah seperti dikutip kantor berita Fars.
Ia menyatakan ketiga orang itu ditangkap di kota di propinsi tersebut dan pemeriksaan lebih lanjut dilakukan terhadap pemboman jibaku itu.
Serangan Minggu itu membunuh 49 orang, termasuk 15 anggota Pengawal Revolusioner.
Pengawal Revolusioner adalah pasukan khusus, yang dianggap paling setia pada nilai revolusi Islam tahun 1979 dan pemimpin kerohanian Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Pasukan itu menangani keamanan di daerah rawan perbatasan dan sumberdaya serta kekuasaannya meningkat dalam beberapa tahun belakangan.
Jundullah, yang mengaku bertanggungjawab atas serangan bom terhadap masjid Syiah pada Mei, yang menewaskan 25 orang, menyatakan bertanggungjawab atas serangan itu serta mendaku berjuang bagi hak suku kecil Sunni Republik Islam itu.
Iran menuduh Pakistan, Inggris dan Amerika Serikat terlibat dalam pemboman tersebut, yang paling mematikan terhadap Pengawal Revolusioner dalam beberapa tahun belakangan.
Inggris menolak "dengan derajat tertinggi" tuduhan membantu pemberontak di balik serangan bom itu, kata wanita jurubicara kementerian luar negeri di London pada Senin.
Sebelumnya, Pakistan mengecam serangan bom jibaku di Iran dan membantah tuduhan Presiden Iran bahwa "sejumlah anggota keamanan" di Pakistan bekerja sama dengan pembom.
Amerika Serikat pada Minggu mengutuk pemboman jibaku, yang membunuh enam panglima utama Pengawal Revolusioner Iran, dan menolak kaitan apa pun mengenai kejadian itu.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Selasa mengutuk keras serangan mematikan di kota perbatasan Iran, Pishin, yang menewaskan sedikit-dikitnya 57 orang dan melukai 150 lagi.
Pengutukan itu dilakukan saat Dutabesar Vietnam untuk badan dunia itu, Le Luong Minh, yang memegang jabatan bergilir Presiden Dewan Keamanan, membacakan pernyataan persiapan kepada pers di markasbesar Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York, Amerika Serikat.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009