Kita bisa saja meningkatkan ekspor, tapi apa ada buyer-nya karena di luar juga sedang susah
Jakarta (ANTARA) - Ketua Komite Tetap Perdagangan Dalam Negeri Kadin Indonesia Tutum Rahanta mengatakan pandemi COVID-19 jadi momentum bagi pelaku usaha untuk memperkuat akses pasar dalam negeri yang potensinya besar.
Menurut Tutum dalam diskusi daring, Kamis, daya beli masyarakat dalam tiga bulan terakhir memang menurun drastis. Namun, hal itu sangat wajar mengingat terbatasnya kegiatan masyarakat dan industri sehingga membuat perputaran uang untuk berbelanja juga menurun.
"Kita bisa saja meningkatkan ekspor, tapi apa ada buyer-nya karena di luar juga sedang susah. Akhirnya kita mengandalkan ke dalam meski industri kita juga bergantung pada impor. Ini membuka mata kita untuk berbenah bahwa kita harus mengandalkan market kita untuk kita isi sendiri sehingga daya beli kita bisa bertahan," katanya.
Tutum yang juga Anggota Dewan Penasihat Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) mengatakan untuk mendorong daya beli masyarakat, pemerintah khususnya di DKI Jakarta telah membuka sejumlah pusat belanja. Meski diakuinya kepercayaan masyarakat belum benar-benar pulih karena kondisi pusat belanja yang masih belum ramai.
"Kita sudah usaha merayu orang ke pusat belanja, sudah melakukan yang terbaik untuk jaga protokol kesehatan, tapi orang punya hak kalau mereka masih belum yakin soal COVID ini. Jadi daya beli masyarakat memang terbatas. Ini juga berdampak ke pemasok, distributor hingga industri di belakangnya," terangnya.
Kondisi yang memprihatinkan ini, menurut Tutum, perlu diantisipasi pemerintah. "Pemerintah harus bisa mencegah ini lebih awal," katanya.
Senada dengan Tutum, Ketua Komite Tetap Waralaba, Lisensi dan Kemitraan Kadin Indonesia Levita Ginting Supit mengatakan pandemi COVID-19 jadi momentum untuk pelaku usaha menggarap potensi besar pasar Indonesia.
Dengan penduduk yang mencapai 260 juta jiwa, banyak waralaba asing yang menyasar masuk ke Indonesia. Terlebih masyarakat Indonesia punya hobi bersosialisasi yang tinggi sehingga waralaba asing bisa dengan mudah diterima.
"Memang daya beli masyarakat berkurang, tapi yang dirumahkan itu juga banyak yang kreatif. Pemerintah pun sudah memberi kesempatan mal dibuka, kita juga bisa buka usaha dengan protokol yang ditetapkan. Jadi menurut saya, tidak perlu takut, kalau ada permintaan pabrik juga bisa produksi kembali," katanya.
Namun, Levita juga meminta dukungan pemerintah untuk bisa mendapatkan kemudahan dalam menjalankan bisnis kembali. Ia juga mendorong pelaku usaha untuk mengembangkan kreatifitas guna menggarap peluang yang ada setelah pandemi.
"Ini saatnya kita menunjukkan kreativitas untuk melakukan lebih dari sebelumnya. Sekarang juga banyak entrepreneur baru, entah korban Covid, korban PHK atau dirumahkan. Ini jadi semangat baru untuk kita memulai usaha, khususnya waralaba, karena semua bisnis di Indonesia bisa diwaralabakan," pungkasnya.
Baca juga: Pengunjung mal hanya 30-40 persen selama PSBB transisi di Jakarta
Baca juga: Mal di Jakarta hanya izinkan kedatangan 50 persen pengunjung
Baca juga: Kadin minta pemerintah tidak lamban gelontorkan stimulus ekonomi
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020