Jakarta (ANTARA) - Banjir bandang di Kabupaten Mianning, Provinsi Sichuan, China, yang disebabkan oleh hujan deras telah merenggut nyawa 14 warga, sementara delapan lainnya masih belum diketahui nasibnya.
Sebelumnya, jumlah korban tewas sebanyak 12 orang, sedangkan hilang 10 orang. Namun, pemerintah daerah setempat pada Rabu (1/7) memperbarui data tersebut setelah dua orang hilang berhasil ditemukan.
Dua orang yang hilang berhasil ditemukan, namun dalam kondisi sudah tidak bernyawa, kata Pemerintah Kabupaten Mianning yang dikutip media setempat, Kamis.
Kabupaten Mianning diguyur hujan deras sejak 26 Juni lalu hingga menyebabkan terjadinya banjir bandang.
Pemerintah setempat mencatat 5.660 warga saat ini dievakuasi ke tempat penampungan sementara di Kecamatan Gaoyang dan Kota Yihai.
Kerugian ekonomi yang disebabkan oleh bencana tersebut diperkirakan mencapai 738 juta yuan atau sekitar Rp1,5 triliun, demikian diungkapkan Pemkab Mianning.
Dampak hujan deras juga dirasakan warga Kota Chongqing, kota setingkat provinsi yang bersebelahan dengan Provinsi Sichuan.
Lebih dari 210 ribu jiwa warga kota hasil pemekaran Provinsi Sichuan tersebut kehilangan tempat tinggal sehingga harus diungsikan ke tempat penampungan sementara sejak banjir mulai terjadi pada 26 Juni.
Bencana di Kota Chongqing telah menyebabkan 8.600 hektare area pertanian rusak, 370 rumah warga rata dengan tanah, dan 3.490 rumah lainnya rusak berat.
Banjir di kota tersebut telah menyebabkan kerugian materi hingga mencapai 370 juta yuan (Rp757 miliar).
Baca juga: Banjir, longsor China selatan tewaskan 20 orang, kerugian Rp8 triliun
Baca juga: Banjir China kembali telan korban
Banjir bandang kembali landa Ijen Bondowoso
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020