Kalau mau dilarang itu harusnya pabriknya disuruh jangan produks
Jakarta (ANTARA) - Hari pertama pemberlakuan larangan kantong plastik sekali pakai di pasar tradisional, masih diwarnai ketidakpatuhan dari pedagang dan pembeli di Pasar Tebet Timur, Jakarta Selatan.
Pantauan ANTARA, Rabu, masih terlihat pedagang yang memberikan kantong plastik kepada konsumen dan masih ada warga yang berbelanja di pasar menggunakan kantong plastik.
Baca juga: Aktivis: Larangan kantong plastik munculkan kearifan lokal
Munawar (25) pedagang plastik di Pasar Tebet Timur, Jakarta Selatan mengaku belum mengetahui adanya peraturan mengenai larangan menggunakan kantong plastik di pasar.
"Enggak tau ada aturan itu, saya masih kasih plastik ke pembeli yang enggak punya kantong belanjaan," kata Munawar memberikan alasan.
Baca juga: Peneliti ingatkan celah hukum dalam peraturan larangan kantong plastik
Menurut Munawar hampir sebagian besar pembeli yang datang di tokonya tidak membawa kantong belanja, tapi adanya juga satu dua pembeli yang bawa tas belanja.
Pedagang toko plastik tersebut menyatakan tidak setuju adanya larangan kantong plastik karena masyarakat masih membutuhkan terutama pedagang-pedagang kecil.
"Kalau mau dilarang itu harusnya pabriknya disuruh jangan produksi," kata Munawar.
Baca juga: Larangan sampah plastik hendaknya juga berlaku untuk belanja daring
Baginya, larangan kantong plastik dapat menyulitkan pedagang kecil, karena pedagang tidak mengambil untung banyak dari penjualan plastik.
Munawar masih menyediakan dan menjual kantong plastik dengan berbagai ukuran serta standar kualitas berbeda.
Untuk plastik kualitas standar ukuran 40 cm dijual Rp16 ribu isi 20 lembar, ukuran 35 cm Rp16 ribu isi 25 lembar, ukuran 28 cm Rp15 ribu isi 40 lembar, ukuran 24 cm Rp15 ribu isi 60 lembar, dan ukuran 17 cm Rp15 ribu isi 80 lembar.
Ada juga plastik kualitas dibawah standar dijual Rp10 ribu semua ukuran dengan isi 50 lembar per bungkus.
Senada dengan Munawar, Dewi (35) salah satu pembeli juga mengaku tidak mengetahui adanya aturan baru tersebut, walau di bagian pintu masuk pasar telah terpasang dua spanduk sosialisasi ukuran besar.
"Tapi kalau enggak pakai plastik susah juga yah, kan enggak punya tas belanja," kata Dewi.
Sementara itu, Wakil Camat Tebet Teguh Afirianto usai meninjau penerapan larangan kantong plastik mengakui bahwa kepatuhan masih kurang pada hari pertama perbelakuan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 142 Tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan pada Pusat Perbelanjaan, Toko Swalayan dan Pasar Rakyat.
"Kalau kita lihat persentasenya baru 15 persen, di hari pertama ini, kita masih punya pekerjaan rumah untuk terus menggaungkan penggunaan plastik ramah lingkungan," kata Teguh.
Pemprov DKI Jakarta secara resmi memberlakukan Pergub 142 Tahun 2019 yakni melarang penggunaan kantong plastik di pusat perbelanjaan, swalayan dan pasar tradisional. Salah satu tujuannya adalah untuk menguragi sampah plastik yang tidak mudah terurai secara alami yang berdampak negatif bagi lingkungan. Kebijakan ini mengajurkan masyarakat dan penjual untuk menggunakan kantong belanja ramah lingkungan.
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2020