New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak mencapai tingkat yang tak terlihat dalam lebih dari satu tahun pada Senin waktu setempat, di tengah meningkatnya optimisme pemulihan ekonomi dan melemahnya dolar AS, dengan kontrak utama New York mendekati 80 dolar per barel.
Selama delapan sesi perdagangan terakhir, harga minyak naik hingga 10 dolar per barrel pada ekspektasi permintaan yang lebih tinggi karena kemerosotan global mereda, terutama pada prospek pemulihan di Amerika Serikat, konsumen energi terbesar di dunia.
Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman November, berakhir 1,08 dolar lebih tinggi pada 79,61 dolar per barel. Harga sempat mencapai puncak harian 79,69 dolar, level tertinggi sejak pertengahan Oktober 2008.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember naik 78 sen menjadi ditutup pada 77,77 dolar.
Harga minyak naik cepat di tengah melemahnya dolar AS dan dengan banyak perusahaan AS menyatakan lebih baik dari perkiraan hasil keuangannya di kuartal ketiga di tengah ekspektasi pemulihan dari resesi.
"Sentimen positif di pasar keuangan telah ditafsirkan sebagai pertanda pertumbuhan permintaan minyak, sehingga harga minyak mentah naik 10 persen selama bulan Oktober," kata analis Mike Fitzpatrick dari MF Global.
"Seperti laporan penghasilan (kuartal ketiga) tetap diajukan, mereka akan membantu mengungkapkan strategi ini sebagai ilusi atau konfirmasi bahwa pemulihan berkelanjutan sedang berlangsung," katanya.
Analis independen Eckland Ellis mengatakan pasar "di bagian paling bawah dari musim permintaan yang lemah" pada harapan menguatnya permintaan jelang musim dingin di Amerika Serikat.
"Minyak mungkin akan lebih dari 80 dolar untuk sebagian besar musim dingin dan mungkin pergi lebih tinggi," katanya. "Kami menyeimangkan untuk kenaikan besar permintaan karena China," di mana pertumbuhan kembali pada kenaikan setelah terhenti akibat krisis keuangan global, tambahnya.
Sementara itu, konsultan energi CGES berbasis di London, Senin memperingatkan bahwa pasar minyak pasar "rentan" untuk "salah membaca" sinyal-sinyal tentang kekuatan dari pemulihan ekonomi global.
"Dunia tampaknya keluar dari resesi tapi pertumbuhan tetap rapuh dan tambal sulam," Centre for Global Energy Studies (CGES)yang berpengaruh mengatakan dalam sebuah laporan bulanan.
"Pemerintah telah memompa sejumlah uang yang belum pernah terjadi sebelumnya ke ekonomi global dan akan perlu untuk berhati-hati mengelola akhir dari permainan stimulus.
"Harga minyak sedang didorong oleh kekuatan-kekuatan ekonomi yang lebih luas dan tetap rentan salah untuk membaca sinyal-sinyal ekonomi," ia menambahkan.
Dolar AS yang sedang kesulitan juga telah memberikan tumpangan kepada harga minyak. Melemahnya greenback membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih murah untuk para pembeli yang memegang mata uang kuat, yang cenderung untuk merangsang permintaan.
Harga minyak jatuh dari tertinggi dalam sejarah lebih dari 147 dolar pada Juli 2008 menjadi sekitar 32 dolar pada bulan Desember karena resesi global, tetapi bangkit sejak ada harapan pemulihan. (*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009