London (ANTARA News/AFP) - Harga minyak mencapai puncak tertinggi satu tahun di atas 79 dolar AS pada Senin waktu setempat, berkat prospek permintaan energi yang lebih tinggi, kata para pedagang.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman November, mencapai 79,05 dolar per barel. Kemudian berdiri di 78,72 dolar, naik 19 sen dari penutupan Jumat.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember jatuh empat sen menjadi 76,95 dolar pada akhir perdagangan London.

Minyak mentah New York masih ditutup di puncak tertinggi satu tahun di tengah pemulihan pertumbuhan ekonomi dan harapan meningkatnya permintaan energi.

"Minyak mentah saat ini diperdagangkan di bawah 79 dolar per barel pada spekulasi permintaan akan meningkat dengan pulihnya perekonomian global dari resesi," kata analis BetOnMarkets David Evans.

"Minggu lalu, minyak berjangka mencatat kenaikan mingguan terbesar mereka dalam hampir dua bulan karena penyulingan AS mengurangi tingkat operasinya menjadi terendah dalam enam bulan untuk membersihkan stok bensin dan destilasi."

Harga minyak naik untuk sesi ketujuh berturut-turut Jumat lalu, diaktifkan oleh kenaikan dalam produksi industri di Amerika Serikat, meningkatnya ketegangan di negara kaya minyak Nigeria dan melesunya mata uang AS, kata para pedagang.

Kemudian Senin, pedagang akan mencerna hasil perusahaan AS untuk pegangan langkah pemulihan ekonomi di Amerika Serikat, konsumen energi terbesar dunia.

"Peserta pasar akan mengawasi hasil pendapatan peruahaan AS yang dapat menjadi elemen kunci untuk arah minyak mentah," kata analis pada pialang Sucden Financial Research.

Apple dan Texas Instruments dijadwalkan melaporkan pendapatan triwulan ketiga pada Senin sementara Caterpillar dan Coca-Cola pada Selasa.

Sementara itu, konsultan energii CGES yang berbasis di London memperingatkan Senin bahwa pasar minyak "rentan" untuk "salah membaca" sinyal-sinyal tentang kekuatan dari pemulihan ekonomi global.

"Dunia tampaknya keluar dari resesi tapi pertumbuhan tetap rapuh dan tambal sulam," Centre for Global Energy Studies (CGES), sebuah lembaga yang berpengaruh,rgi Global (CGES) mengatakan dalam sebuah laporan bulanannya.

"Pemerintah telah memompa uang sejumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya ke ekonomi global dan akan perlu untuk berhati-hati mengelola permainan akhir dari stimulus.

"Harga minyak sedang didorong oleh kekuatan-kekuatan ekonomi yang lebih luas dan tetap rentan ke salah membaca sinyal-sinyal ekonomi," ia menambahkan.

Harga telah naik tajam dalam perdagangan baru-baru ini, didorong oleh dolar yang merosot telah mendorong selera investor terhadap aset keras seperti minyak dan komoditas karena mereka berusaha melindungi kekayaan mereka dari jatuhnya unit AS.

Unit AS yang sedang kesulitan membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang kuat, yang cenderung untuk merangsang permintaan.

Mata uang tunggal Eropa mencapai tinggi 14-bulan terakhir 1,4968 dolar pada Kamis.

"Harga minyak kemungkinan akan menguji 80 dolar per barel minggu ini," kata analis BetOnMarkets Evans, menambahkan bahwa euro/dolar adalah untuk menyeimbangkan tanda 1,50.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009