Bulan lalu, pasukan komando AS membunuh seorang tersangka tokoh Al-Qaeda paling diburu yang bersekutu dengan gerilyawan al-Shabaab dalam serangan dengan helikopter di Somalia selatan yang dikuasai kelompok militan itu.
"Kami menembaki pesawat Amerika yang melakukan aksi mata-mata untuk mengumpulkan informasi di Kismayu. Pasukan kami menyerang pesawat itu dan menembaknya dan kami melihat pesawat itu terbakar. Kami menduga pesawat itu jatuh ke laut," kata Sheikh Hassan Yacqub, jurubicara kelompok al-Shabaab di Kismayu.
"Kami masih mencarinya," katanya kepada Reuters.
Al Shabaab menguasai banyak wilayah selatan dan tengah Somalia dimana mereka mengobarkan perang gerilya melawan pemerintah rapuh Presiden Sheikh Sharif Ahmed yang didukung PBB.
Penduduk Kismayu secara rutin melaporkan melihat pesawat mata-mata tak berawak yang diduga milik AS, yang diyakini diterbangkan dari kapal-kapal perang di Lautan India, terbang di atas kota pelabuhan tersebut.
Sementara itu, penduduk di kota kecil Galhareeri mengatakan, gerilyawan al-Shabaab menghancurkan sebuah masjid, makam keramat muslim sufi dan sebuah universitas muslim sufi di sana pada Minggu, setelah melepaskan tembakan ke udara untuk menghalau pemrotes setempat.
Kelompok garis itu pada masa silam menyerang para pemimpin dan tempat-tempat suci sufi dengan alasan praktik agama mereka bertentangan dengan penjabaran hukum Islam ketat yang mereka anut.
Seorang jurubicara Ahlu Sunna Waljamaca, kelompok moderat yang memerangi al-Shabaab di kawasan tengah Somalia, mengecam penyerangan tempat-tempat suci di Galhareeri.
"Kami mengecam keras al-Shabaab atas tindakan jahat mereka," kata Abdullahi Sheikh Abu Yusuf kepada Reuters.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.
Sejak awal 2007, gerilyawan menggunakan taktik bergaya Irak, termasuk serangan-serangan bom dan pembunuhan pejabat, pekerja bantuan, intelektual dan prajurit Ethiopia.
Ribuan orang tewas dan sekitar satu juta orang hidup di tempat-tempat pengungsian di dalam negeri akibat konflik tersebut.
Pemerintah sementara telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan sejumlah tokoh oposisi, namun kesepakatan itu ditolak oleh al-Shabaab dan kelompok-kelompok lain oposisi yang berhaluan keras.
Washington menyebut al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.
Gerilyawan muslim garis keras, yang meluncurkan ofensif sejak 7 Mei untuk menggulingkan pemerintah sementara dukungan PBB yang dipimpin oleh tokoh moderat Sharif Ahmed, meningkatkan serangan-serangan mereka.
Tiga pejabat penting tewas dalam beberapa hari, yang mencakup seorang anggota parlemen, seorang komandan kepolisian Mogadishu dan seorang menteri yang terbunuh dalam serangan bom bunuh diri.
Selain pemberontakan berdarah, pemerintah Somalia juga menghadapi rangkaian perompakan di lepas pantai negara itu.
Pemerintah transisi lemah Somalia tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.
Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.
Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun lalu saja.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009