Medan (ANTARA News) - Ketergantungan Malaysia terhadap pekerja Indonesia, khususnya pembantu rumah tangga cukup tinggi dan tidak semudah itu menggantikan posisi mereka dengan pembantu dari negara lain.

"Malaysia sampai saat ini masih tetap percaya dengan kinerja pembantu dari Indonesia," kata Sosiolog Universitas Sumatera Utara (USU), Prof Dr Badaruddin, MA, di Medan, Senin.

Hal tersebut dikatakannya ketika diminta komentarnya mengenai rencana pemerintah Malaysia yang akan merekrut pembantu rumah tangga dari Kamboja, Filipina dan Thailand untuk mengurangi ketergantungan pasokan dari Indonesia.

Hingga saat ini, ada sebanyak 251.255 pembantu asing yang legal di Malaysia, di mana 230.141 pembantu asing itu atau 92 persen dari Indonesia.

Badaruddin mengatakan, para pembantu yang bekerja di negara jiran itu tidak hanya memiliki keterampilan yang bagus, tetapi juga selalu dipercaya oleh majikan.

Bahkan, cukup banyak pembantu Indonesia dianggap oleh majikan seperti anak sendiri dan tidak dibeda-bedakan dengan anak kandungnya.

"Ini adalah suatu penghargaan yang diberikan terhadap warga Indonesia yang bekerja di Malaysia," katanya.

Selain itu, pembantu dari Indonesia dikenal jujur dan dapat dipercaya, disiplin serta dengan mudah menyesuaikan diri dengan orang asing.

Sikap dan prilaku yang seperti ini jarang dimiliki oleh pembantu dari negara-negara lain.

"Pembantu Indonesia masih tetap dianggap yang nomor satu dan majikan banyak yang merasa senang dengan mereka. Ini harus tetap dipertahankan dan jangan sampai hilang," katanya.

Mengenai adanya rencana Malaysia akan merekrut pembantu dari negara lain, Badaruddin mengatakan, itu sah-sah saja dan ini adalah merupakan wewenang Malaysia.

Namun, upaya yang akan dilakukan Malaysia itu tidak semudah yang dibayangkan mengingat faktor lainnya, yakni hubungan antar-negara Malaysia dengan negara-negara itu, tidak seperti dengan Indonesia.

"Hubungan Malaysia dengan Indonesia sudah cukup lama terjalin dan ini sulit dipisahkan," ujar Badaruddin yang juga Gurubesar FISIP USU.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009