Taipei (ANTARA News) - Taiwan meminta China untuk tidak memboikot kota keduanya setelah kota itu menjamu Dalai Lama dan memutar film mengenai seorang aktivis yang dituduh oleh Beijing telah menghasut kekerasan, demikian satu laporan Ahad.
Wakil pemimpin Yayasan Pertukaran Selat Taiwan menyampaikan permintaan itu kepada timpalannya dari China pekan lalu dalam kunjungan resmi ke China Daratan, kata kantor berita pemerintah Central News Agency seperti dilaporkan AFP.
Kao Koong-lian menegaskan kepada Zheng Lezhong bahwa "pemboikotan kota Kaohsiung tidak bijak", kata Kao seperti dikutip oleh kantor berita itu.
Ia juga menyatakan bahwa pemimpin Uighur di pengasingan Rebiya Kadeer menjadi lebih terkenal setelah Beijing dengan jelas memutuskan bahwa kelompok wisatawan daratan tidak akan pergi ke kota di Taiwan selatan itu sehubungan dengan pemutaran film tersebut.
Zheng tidak menanggapi ucapan Kao atau mengatakan kapan Beijing akan mengakhiri larangan perjalanan de facto itu, kata laporan tersebut.
Beijing tidak membuat pengumuman resmi tapi hotel-hotel di Kaohsiung menyatakan mereka telah mendapat ribuan pembatalan dari wisatawan China Daratan.
Pemutaran film biopik Kadeer dilakukan setelah Dalai Lama, yang dicap oleh Beijing sebagai "pemecah-belah", mengunjungi bagian selatan Taiwan, Agustus, segera sesudah badai pembunuh.
Pemimpin spriritual Tibet itu telah menegaskan berulangkali kunjungannya "bukan-politik", tapi China, yang menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, menyuarakan kemarahan dan membatalkan beberapa delegasi ke pulau itu.
Beijing juga mencap Kadeer sebagai "kriminal" dan menuduhnya menghasut kekerasan etnik di wilayah Xinjiang di China baratlaut Juli, yang menewaskan hampir 200 orang.
Hubungan Taipei-Beijing sebaliknya meningkat mencolok sekali sejak Ma Ying-jeou dari partai Kuomintang memegang tampuk pemerintahan tahun lalu.
"Lebih setahun terakhir, karena upaya kita, Selat Taiwan telah menjadi jalan besar perdamaian dan kemakmuran dari ladang pembunuhan," kata Ma, Ahad, dalam pertemuan Kuomintang, yang berkuasa.
"Kami mengharapkan hubungan lintas-selat akan terus bergerak maju di jalurnya."
China dan Taiwan telah mengadakan pembicaraan langsung pertamanya dalam 10 tahun di Beijing, Juni tahun lalu, yang menghasilkan penerbangan reguler langsung melintasi Selat Taiwan dan langkah-langkah untuk mendorong pariwisata. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009