Sekitar 29 orang termasuk dua perwira senior Pengawal Revolusi tewas dan 28 lainnya cedera dalam serangan paling keras terhadap Pengawal Revolusi dalam tahun-tahun belakangan ini.
Televisi pemerintah menyatakan satu kelompok pemberontak Sunni Jundollah (Tentara Tuhan)-- yang menurut para pengamat memiliki hubungan dengan Taliban di Pakistan-- kemungkinan terlibat dalam serangan itu.
"Penyerang meledakkan bom dililit ditubuhnya dalam pertemuan para kepala suku," kata televisi pemerintah dan menambahkan para warga sipil dan pemimpin suku juga termasuk di antara para korban.
Teheran menuduh Amerika Serikat yang mendukung Jundollah menciptakan ketidakstabilan di negara itu tetapi Washington membantah tuduhan ini.
Televisi pemerintah IRIB mengatakan serangan itu terjadi di pintu masuk sebuah tempat konferensi di kota Sarbaz, provinsi Sistan Baluchistan. Provinsi itu sering jadi lokasi bentrokan senjata antara pasukan keamanan, gerilyawan Sunni dan para pedagang narkoba.
Dua komandan penting yaitu deputi kepala pasukan darat Pengawal Revolusi, Jendral Nouralu Shoushtari, dan komandan Pengawal Revolusi di provinsi Sistan Baluchistan, Jendral Mohammadzadeh tewas, kata laporan media itu.
Shoushtari juga adalah pejabat senior pasukan Qod Pengawal Revolusi, kata media.
Mengutip pernyataan para pejabat dan ahli, seorang penyiar Press TV berbahasa Inggris mengatakan tudingan itu langsung di arahkan pada kelompok Jundollah " mengacu pada pemberontak Sunni etnik Baluchistan yang sebelumnya juga dituduh melakukan serangan di daerah itu.
Pengawal Revolusi menuding AS terlibat dalam serangan itu."Pasti unsur asing khususnya yang punya hubungan dengan arogansi global terlibat dalam serangan ini," kata satu pernyataan Pengawal Revolusi televisi itu.
Iran sering menggunakan istilah "arogansi global" mengacu pada AS, musuh lamanya.
Pengawal Revolusi adalah satu pasukan elit yang dianggap sebagai paling setia pada nilai-nilai revolusi Islam tahun 1979. Pasukan itu menangani keamanan di daerah-daerah perbatasan yang rawan.
Jundollah, yang mengaku bertanggungjawab atas serangan bom terhadap masjid Syiah Mei lalu yang menewaskan 25 orang, mengatakan pihaknya berjuang bagi hak minoritas Sunni Republik Islam itu.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009