Jakarta (ANTARA News) - Helmy Faishal Zaini akan tercatat sebagai menteri termuda, jika pemanggilannya ke Cikeas, Bogor, Minggu, untuk mengikuti wawancara dengan presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono membawanya duduk dalam Kabinet Indonesia Bersatu II.

Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu baru berusia 37 tahun, tepatnya lahir pada 1 Agustus 1972 di Desa Babakan, pinggiran kota Cirebon, Jawa Barat.

Helmy disebut-sebut akan mengisi pos Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal, yang pernah dijabat dua seniornya di PKB yakni Saifullah Yusuf (kini wakil gubernur Jawa Timur) dan Muhammad Lukman Edy (kini anggota Komisi V DPR RI).

Di kalangan aktivis mahasiswa Jawa Timur era 90-an, Helmy yang saat itu tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Darul Ulum Jombang, merupakan salah seorang tokoh demonstran, selain aktif organisasi pers mahasiswa.

Pada 1996, anak pasangan H Ahmad Zaini Hasan dan Hj Yetty Hartati itu hijrah ke Jakarta, meninggalkan sementara bangku kuliah untuk bergabung dengan aktivis proreformasi lainnya meneriakkan perubahan. Helmy menyebutnya misinya itu sebagai "amanat hati kecil".

Ketika warga Nahdlatul Ulama (NU) ingin mendirikan partai sendiri, yang kemudian diberi nama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Helmy pun terlibat di dalam proses tersebut sebagai anggota Komite Pendeklarasian PKB pada tanggal 23 Juli 1998.

Sejak itu Helmy mulai aktivitasnya sebagai politisi PKB. Berbagai jabatan di partai yang pernah dipegangnya antara lain Ketua Bidang Organisasi dan Pemuda DPP PKB, Sekretaris Bidang Pengkaderan dan Pendidikan Politik DPP PKB, dan Wakil Sekjen Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa yang saat ini masih diembannya.

Aktivitas politik mengantarkan suami Santi Anisa itu sebagai anggota DPR RI periode 2004-2009. Di Fraksi Kebangkitan Bangsa (saat ini namanya berganti Fraksi PKB, red), ia dipercaya menjadi sekretaris hingga tahun 2007.

Pengalamannya sebagai legislator telah dijalani di dalam dan luar negeri, utamanya di 20 negara yang tersebar di Eropa, Asia, Afrika dan Amerika. Sebagai politisi, Helmy pun aktif bersanding dengan berbagai gerakan akar rumput.

Di luar kegiatan politik, mahasiswa pascasarjana Universitas Indonesia itu juga tercatat sebagai ketua Yayasan Pusat Pendidikan Luhur al-Jilani di Cirebon dan Ketua Yayasan Banyu Putih (Banyu Putih Foundation), sebuah yayasan yang concern di bidang sosial, politik, dan keagamaan.

Di tengah kesibukannya, Helmy masih sempat meluangkan waktu membuat karya tulis. Beberapa di antaranya adalah Agama, Nasionalisme dan Demokrasi, Dina-mika Kaum Muda, Agama dan Kekerasan, Gerakan Promeg, dan Yang Terhormat Guru Bangsa.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009