Jakarta (ANTARA) - Indonesia mendorong penguatan kerjasama di kawasan, terutama dalam mengoptimalkan upaya pemulihan pascapandemi COVID-19, kata Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dalam Pertemuan Khusus Menteri Luar Negeri ASEAN dan Australia tentang COVID-19.

Dalam konferensi pers yang digelar secara daring usai pertemuan tersebut di Jakarta, Selasa, Menlu Retno mengatakan bahwa Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan Australia telah memiliki berbagai macam “kendaraan” kerjasama regional yang dapat digunakan, terutama dalam upaya pemulihan pascawabah.

“Di bidang ekonomi terutama saya sampaikan terdapat dua “kendaraan” yang dapat dipakai yakni melalui ASEAN Australia New Zealand Free Trade Area (AANZTFA) dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP),” ujar Menlu Retno.

Dia menjelaskan bahwa penandatanganan RCEP, yang direncanakan pada November 2020, akan membawa dampak signifikan terhadap pemulihan ekonomi di kawasan.

“Sebanyak 15 negara yang telah menyepakati RCEP, termasuk Australia, merupakan kekuatan ekonomi global yang sangat besar yang mencakup seperempat GDP (produk domestik bruto) dunia dengan dua miliar penduduk,” katanya.

Baca juga: Dubes EU: jaga rantai pasokan untuk bangkitkan ekonomi pascawabah

Baca juga: Pengamat dorong ASEAN perluas mandat AHA Center guna hadapi COVID-19

Sementara itu, dalam bidang politik dan keamanan, Menlu RI juga menyampaikan bahwa ASEAN Outlook on the Indo-Pacific merupakaan “kendaraan” yang dapat dimanfaatkan untuk memelihara stabilitas perdamaian dan kesejahteraan di kawasan Indo-Pasifik.

Menlu meyakini bahwa kerja sama dalam kerangka ASEAN Outlook on the Indo-Pacific perlu terus dioptimalkan, dan Australia merupakan salah satu mitra pertama yang mendukung konsep tersebut.

Baca juga: Indonesia apresiasi dukungan Australia terhadap ASEAN Outlook

Selain kerjasama dalam pemulihan pascapandemi, Indonesia juga menyampaikan peran sebagai salah satu co-sponsor untuk resolusi terkait COVID-19 yang telah diadopsi pada pertemuan Majelis Kesehatan Dunia ke-73 di Jenewa pada Mei lalu.

Salah satu alasan Indonesia menjadi co-sponsor resolusi tersebut karena adanya paragraf tentang obat dan vaksin -- yang menyerukan untuk pelaksanaan pengembangan, pengujian dan produksi masal obat dan vaksin COVID-19 yang aman, efektif dan terjangkau.

Selain itu, resolusi tersebut mendorong pemberian akses yang tepat waktu, setara, dan terjangkau terhadap obat dan vaksin, dan penerapan fleksibilitas terkait hak paten.

Menlu Retno pun menyebutkan bahwa adopsi resolusi tersebut tidak lepas dari kontribusi aktif dari Australia.

“Mengingat sejarah resolusi tersebut maka kolaborasi terkait obat dan vaksin perlu terus didukung oleh ASEAN dan Australia,” kata dia.

Pertemuan Menteri Luar Negeri negara-negara anggota ASEAN dengan Australia dilakukan secara virtual pada Selasa dari pukul 14:30 hingga 16:50. Pertemuan tersebut diadakan secara khusus untuk membahas upaya bersama ASEAN dan Australia dalam merespon situasi darurat kesehatan dan pemulihan pascawabah COVID-19.

Sejak merebaknya pandemi COVID-19, para Menlu ASEAN telah melakukan pertemuan dengan empat mitra dialog, yakni China, Amerika Serikat, Rusia, dan Australia.

Baca juga: Riset vaksin COVID-19 jadi fokus utama program kerja sama EU dan ASEAN

Baca juga: PM China ajak ASEAN kembangkan obat dan vaksin COVID-19

Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2020