Manila (ANTARA) - Beberapa dokter di Filipina membangun "tenda karantina" (quarantent) untuk tempat isolasi mandiri demi mencegah risiko penularan COVID-19 ke keluarga.
Cara itu dilakukan oleh Jan Claire Dorado, dokter unit gawat darurat sebuah rumah sakit rujukan COVID-19 di Filipina. Ia awalnya berencana pindah sementara dari rumahnya untuk melindungi keluarga dari risiko penularan virus.
Namun, orang tua Dorado memaksa perempuan berusia 30 tahun itu untuk tetap di rumah. Alhasil, ayahnya membangun sebuah tempat isolasi di ruang penyimpangan dalam rumah.
Saat Dorado pulang usai merawat pasien COVID-19, makan malamnya diletakkan persis di atas kursi depan pintu ruang isolasi mandiri dalam rumah.
"Bagian tersulit yang saya alami, jauh dari mereka (keluarga, red). Saya rindu sekali dengan mereka," kata Dorado. Ia menyapa keluarganya dari belakang jendela yang ditutup dengan lembaran plastik dan kertas timah.
Orang tua Dorado merupakan bagian dari kelompok yang rentan tertular COVID-19 karena keduanya punya penyakit bawaan. Dorado mengatakan ia sedih karena harus menolak saat diminta memeluk ibunya.
Ratusan tenaga kesehatan di Filipina terserang COVID-19 dan lebih dari 30 di antaranya meninggal dunia.
Di samping Dorado, Mica Bastillo, seorang dokter anak di Filipina, juga berusaha melindungi orang yang ia kasihi dari risiko penularan COVID-19.
Bastillo, 38, punya tugas baru di rumah sakit anak di Manila, ibu kota Filipina, setelah RS itu ditetapkan sebagai salah satu tempat rujukan perawatan COVID-19 pada April 2020.
"Keluarga meminta saya mengundurkan diri, tetapi kemana pun saya pergi, saya tetap akan menghadapi COVID," kata dia, merujuk pada penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona jenis baru (SARS-CoV-2).
Ayah dan saudara perempuan Bastillo punya penyakit bawaan sehingga mereka rentan tertular COVID-19. Oleh karena itu, pihak keluarga membangun tenda di samping rumah untuk Bastillo. Tenda itu disebut sebagai "quarantent" atau tenda karantina.
Tenda ditutup dengan lembaran plastik, sehingga bagian dalam tidak basah oleh rembesan air hujan. Adanya tenda karantina membuat Bastillo dapat menjaga jarak aman dengan keluarganya.
"Ibu saya memasang tirai dan taplak meja agar bagian dalam tenda terasa seperti rumah... dan kakak laki-laki saya menambah lembaran plastik. Ini merupakan hasil kerja sama keluarga yang sesungguhnya," kata dia.
Walaupun demikian, Bastillo masih berdoa bersama keluarganya pada malam hari, tetapi ia duduk di depan pintu rumah dan mengenakan masker.
Sumber: Reuters
Baca juga: Manila kembali bergeliat sekalipun ancaman virus tetap membayang
Baca juga: Satgas COVID-19 Filipina sarankan pelonggaran karantina di Manila
Baca juga: Filipina perbarui data COVID-19, yakni 539 kasus tambahan
Bantuan suplemen untuk tenaga medis COVID-19
Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020