Bandung (ANTARA News) - Seiring dengan pengembangan komoditas kopi di kawasan hutan yang berada di bawah pengawasan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Selatan, kalangan tengkulak bermunculan dan mencoba mempermainkan harga di tingkat petani.
Kehadiran para tengkulak dalam bisnis kopi, menurut Kepala Humas Perum Pethutani Unit III Jawa Barat dan Banten, Ronald Suitela, Sabtu bisa melemahkankan petani, sehingga harga kopi bisa di bawah harga yang wajar.
Sebagai badan usaha milik negra (BUMN) Perum Perhutani, lanjut Robald Suitela, selain menjalnkan bisinis juga bertugas meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarkat di sekitar hutan negara ini.
Oleh karena itu, demikin Ronald Suitela, dalam hal budidaya kopi Perhutani tidak hanya sebatas menyediakan lahan bagi masyarakat. Tapi turut pula dalam menjaga harga komoditas tersebut.
"Sehingga petani, yang juga masyarakat desa sekitar hutan, lebih suka menjual hasil panen kopinya kepada Perhutani ketimbang kepada para mafia," ujar Ronald Suitela, di Bandung, Sabtu, sore. Setelah berhasil menjaga kesetabilan harga kopi, lanjuut Ronald Suitela Perum Perhutani kini merambah jejaring kemitraan dengan sejumlah perusahaan, di antaranya dengan perusahaan kopi bubuk terbesar di Indonesia.
Perum Perhutani Unit III Jawa Barat yakin, kualitas kopi yang dikembangklan petani di desa sekitar hutan kawasan Bandung selatan memiliki kualitas ekspor, sehingga berani bersaing dengan komoditas yang sama di negeri ini.
"Selama ini, kopi yang dibudidayakan dikawasan hutan KPH Bandung selatan ini, diekspor melalui Medan, kemudian diklaim produk dearah lain, sehingga nama Bandung selatan tidak muncul," kata Ronald Suitela.
Sekarang, masih kata Ronald Suitela, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten sedang mengembnagkan "brand" kopi sendiri, misalnya Kopi Parahyangan atau Kopi Pangalengan, seperti Kopi Toraja milik perusahan kopi bubuk terbesar di Indonesia.
Ronald Suitela optimis, kopi hasil budidaya petani hutan Bandung selatan ini akan mendapat tempat di hati para penikmati minuman berkafein tersebut, karena budidayanya menggunakan pupuk organik .
"Kopi ini merupakan kopi organik yang ditanam di bawah tegakan hutan lestari." kata Ronald Suitela.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009