Korban tewas adalah Mustafa (15), warga Wonoasri, Kabupaten Madiun, dimana tubuhnya remuk akibat tabrakan tersebut. Sedangkan satu korban lainnya, Galih Saputra (18) warga Desa Pandean, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun, mengalami patah tulang di bagian tangan.
"Keduanya telah dibawa petugas kepolisian ke Rumah Sakit Panti Waluya Caruban. Satunya tewas karena tubuhnya remuk, sedangkan satunya lagi mengalami luka serius akibat patah tulang," ujar salah satu warga di lokasi kejadian, Wasidi (61).
Menurut dia, sebelum tertabrak kereta, kedua korban yang diduga menderita tuna rungu terlihat berada di sekitar Stasiun Caruban untuk melihat-lihat kereta api. Kemudian, beberapa waktu sebelum kereta lewat dari arah barat stasiun, warga di sekitar stasiun sudah berusaha untuk memanggil korban.
"Namun, mungkin karena menderita tuna rungu tadi, keduanya tidak mendengar jika warga berusaha mengingatkan jika di belakang mereka ada kereta api yang akan lewat. Hingga akhirnya, keduanya tertabrak dan terlempar di sekitar rel," katanya.
Wasidi menambahkan, saat tertabrak KA Argo wilis, tubuh korban yang tewas terlempar ke sebelah sisi utara rel. Sedangkan korban lainnya yang luka berat terlempar ke sisi sebelah selatan rel. Warga yang melihat kejadian tersebut langsung melapor ke kantor polisi terdekat.
Sementara itu, Kepala Sekolah SLB Al-Hidayah Caruban, Abdullah Tartib, yang rumahnya tak jauh dari lokasi kejadian, membenarkan jika kedua korban adalah muridnya.
"Saya yakin, jika kedua korban adalah, murid saya yakni, Mustafa dan Galih Saputra. Setiap harinya mereka sekolah di SLB Al-Hidayah dan menderita tuna rungu," katanya kepada warga dan wartawan.
Abdullah tidak mengira jika kedua muridnya menjadi korban tertabrak kereta api. Pihaknya masih berusaha untuk menghubungi keluarga korban atas musibah ini.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009
skdar pmbrthuan, saya mahasiswa PLB spes B (tunarungu).