Solo (ANTARA News) - Pada 2020, Indonesia diprediksi menjadi salah negara di dunia pengimpor energi terbesar jika masih masih mengandalkan sumber energi konvensional, kata Kepala BATAN Hudi Hastowo, Sabtu.
"Sistem pembangkit listrik kita saat ini masih banyak tergantung kepada penggunaan batu bara, minyak dan gas sebagai sumber energinya," katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan energinya, Indonesia telah mengimpor bahan bakar minyak (BBM) 350 ribu barel per hari, dan subsidi yang dikeluarkan mencapai Rp70 triliun.
"Kondisi seperti ini apabila tidak dicarikan alternatif lainnya untuk memenuhi energi ini jelas akan sangat berat," katanya.
Berbagai alternatif dalam rangka memenuhi kebutuhan energi nasional telah diambil pemerintah, diantaranya pemanfaatan energi baru dan terbarukan.
Salah satunya adalah energi nuklir, meskipun rencana pemanfaatannya masih telatif sedikit.
"Program nuklir semata-mata jangan hanya dilihat segi negatifnya, tetapi juga harus dilihat positifnya," kata Hudi.
BATAN sendiri telah merekomendasikan tiga tempat di Ujung Lemah Abang, Ujung Watu dan Ujung MUria di Kabupaten Jepara, Jawa Tengahm, sebagai situs pengembangan energi alternatif, listrik tenaga nuklir.
"Di Jepang salah satu negera yang sangat rawan gempa saja memiliki 55 pusat listrik tenaga nuklir (PLTN). Nantinya Indonesia juga akan seperti Jepang. Untuk itu mulai sekarang harus terus menyiapkan diri menangani masalah ini," katanya.
BATAN, terangnya, sedang mengajukan ususlan ke Badan Nuklir Dunia untuk melakukan pengecekan dan kesiapan mengenai pembangunan listrik bertenaga nuklir.
(*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009