Kabul (ANTARA News) - Serangan bom pinggir jalan menewaskan empat prajurit AS di Afghanistan, di tengah meningkatnya tekanan Jumat agar Presiden Barack Obama memerintahkan pengiriman ribuan prajurit tambahan ke negara yang telah delapan tahun dilanda perang itu.

"Dua prajurit AS tewas dan dua orang lagi yang terluka tewas kemudian dalam serangan tunggal bom di Afghanistan selatan pada 15 Oktober," kata Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO seperti dilaporkan AFP.

Belum ada penjelasan lebih lanjut mengenai serangan itu. Ribuan prajurit AS beroperasi di Afghanistan selatan sebagai bagian dari upaya menumpas gerakan Taliban yang menyatukan kekuatan lagi di daerah pusat spiritual mereka itu.

Korban-korban terakhir militer itu berjatuhan ketika Obama mempertimbangkan apakah mengirim ribuan prajurit tambahan ke Afghanistan selain 21.000 prajurit yang dijanjikannya setelah ia memulai tugasnya sebagai presiden AS pada tahun ini.

Jendral AS Stanley McChrystal, panglima bagi 100.000 prajurit NATO dan AS, dikabarkan meminta kepada Obama agar mengirim 40.000 prajurit tambahan untuk memerangi pemberontakan yang semakin mematikan yang meluas ke berbagai penjuru Afghanistan.

McChrystal merekomendasikan strategi baru untuk mengatasi pemberontak, dengan melindungi rakyat Afghanistan sebagai pilar pusatnya, dan mendesak penambahan sumber daya untuk melaksanakan misi tersebut.

Panglima ISAF di Afghanistan selatan Mayjen Belanda Mart de Kruif mengatakan dalam wawancara dengan AFP, Kamis, antara 10.000 dan 15.000 prajurit tambahan diperlukan untuk menjaga keamanan di wilayah bergolak Afghanistan selatan.

Pasukan tambahan itu akan mencakup satuan pendukung untuk brigade-brigade tersebut, kata perwira tinggi asal Belanda itu.

Ia juga mendesak penambahan pasukan militer dan polisi Afghanistan serta pekerja sipil untuk membantu proyek-proyek pembangunan dan rekonstruksi.

Serangan-serangan Taliban terhadap aparat keamanan Afghanistan serta pasukan asing meningkat dan puncak kekerasan terjadi hanya beberapa pekan menjelang pemilihan umum presiden dan dewan provinsi pada 20 Agustus.

Terdapat lebih dari 100.000 prajurit internasional, terutama dari AS, Inggris dan Kanada, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.

Lebih dari 400 prajurit asing tewas sejak Januari, yang menjadikan 2009 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni tahun lalu, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh diantaranya militan berhasil kabur.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.

Antara 8.000 dan 10.000 prajurit internasional bergabung dengan pasukan militer pimpinan NATO yang mencakup sekitar 60.000 personel di Afghanistan untuk mengamankan pemilihan presiden Afghanistan pada 20 Agustus, kata aliansi itu.

Pemilu yang menetapkan presiden dan dewan provinsi itu dipandang sebagai ujian bagi upaya internasional untuk membantu menciptakan demokrasi di Afghanistan, namun pemungutan suara tersebut dilakukan ketika kekerasan yang dipimpin Taliban mencapai tingkat tertinggi.

Sekitar 300.000 prajurit Afghanistan dan asing mengambil bagian dalam pengamanan pemilu tersebut. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009