"Kami kaget dan sempat panik ketika tanah longsor kembali terjadi di Tolnaku," kata salah satu warga Desa Tolnaku, Jhon Obhetan di Kupang, Jumat.
Pada Maret 2009 lalu, desa tersebut pernah dilanda bencana tanah longsor yang mengakibatkan sekitar 21 rumah tertimbun tanah dan belasan hektare perkebunan terbawa longsor.
Total keluarga yang menjadi korban sebanyak 32 kepala keluarga (kk) yang saat ini diungsikan ke wilayah Fatukoto.
Sebelum terjadi longsoran ini, katanya, terdapat gejala-gejala, seperti tanah retak yang lebarnya kurang-lebih 20-30 centi meter dengan kedalaman mencapai 10 meter dan panjangnya mencapai 200 meter.
Longsoran yang baru terjadi ini, katanya, akan menghubungkan tempat longsoran yang lama, karena retaknya bergerak dari arah utara menuju selatan. Sedangkan longsoran kali lalu, bergeraknnya dari arah selatan menuju utara.
Pada lokasi longsoran tidak ada pemukiman, sehingga tidak ada korban jiwa dan kerusakan rumah, tapi yang dikuatirkan longsoran tersebut akan terus bergerak menuju pemukiman warga, sehingga perlu diantisipasi.
Dia menambahkan, kasus ini sudah disampaikan ke Pemerintah Kecamatan Fatuleu sudah turun ke lokasi untuk melakukan peninjauan, namun masyarakat belum mengetahuui langkah apa yang akan diambil pemerintah.
Dia berharap, kasus tanah longsor ini segera ditangani, sehingga pada musim penghujan tahun ini masyarakat di desa tersebut tidak kehilangan rumah dan harta benda.
"Kami berharap adanya perhatian dari pemerintah agar retak tanah akibat dari longsoran tersebut tidak menjalar menuju perkampungan yang berkibat longsor," katanya.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009