Dalam surat terbuka kepada pemimpin junta militer Guinea, Justin Morel Junior mengatakan tidak lagi memiliki "kekuatan moral untuk menyampaikan kata-kata pemerintah" menyusul penindasan 28 September terhadap satu demonstrasi oposisi sehingga menewaskan lebih dari 150 orang, menurut PBB.
Keputusan Justin Morel Junior yang juga menteri komunikasi itu dilakukan setelah Alpha Diallo meletakkan jabatan menteri layanan masyarakat dan Abdourahmane Sanoh mundur dari posisi menteri pertanian pekan ini sehubungan dengan peristiwa pembunuhan tersebut.
Menurut PBB dan kelompok hak asasi manusia, lebih dari 150 orang tewas, ketika tentara melepaskan tembakan ke arah pengunjuk rasa di satu stadion sepak bola pada 28 September. Pemerintah militer menyatakan 56 orang tewas.
Beberapa kelompok hak asasi manusia setempat menyatakan 1.200 orang cedera, termasuk banyak perempuan yang diperkosa oleh tentara selama penindasan itu.
Pemimpin junta militer Guinea, Kapten Moussa Dadis Camara, membantah telah memerintahkan pasukan keamanan untuk menyerang demonstran yang marah oleh keinginan nyata Camara untuk mencalonkan diri dalam pemilihan umum yang direncanakan diselenggarakan junta pada Januari mendatang.
Camara, yang merebut kekuasaan pada Desember tahun lalu, hanya beberapa jam setelah kematian orang yang lama menjadi penguasa di Guinea, Lansana Conte, menghadapi tekanan internasional menyusul kasus pembunuhan tersebut.
Mahkamah Pidana Internasional (ICC) di Den Haag, Belanda, Rabu, mengkonfirmasi pengadilan itu sedang melakukan penyelidikan. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009