"Di RC (komando wilayah) selatan, untuk bisa melengkapi `bentuk, membersihkan, menjaga, membangun,` kami membutuhkan sedikitnya dua brigade tambahan pasukan koalisi, sekitar 10.000 hingga 15.000 prajurit," kata Mayjen Mart de Kruif.
Pasukan tambahan itu akan mencakup satuan pendukung untuk brigade-brigade tersebut," tambah perwira tinggi asal Belanda itu.
"Sejak kami menempatkan pasukan AS, pada tingkat regional, sangat jelas bahwa prakarsa beralih ke pihak kita," kata de Kruif, panglima hampir 40.000 prajurit Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) di wilayah selatan.
Namun, ia mengatakan, "Kami mutlak membutuhkan pasukan tambahan" untuk membersihkan daerah-daerah lain selatan seperti provinsi Helmand yang dilanda kerusuhan.
De Kruif menyampaikan pernyataan itu seiring Presiden AS Barack Obama mempertimbangkan pengiriman pasukan tambahan ke Afghanistsan, selain 21.000 prajurit yang ditempatkan dalam beberapa bulan terakhir ini, khususnya di Helmand dan Kandahar, daerah-daerah pangkalan Taliban.
Jendral AS Stanley McChrystal, panglima bagi 100.000 prajurit NATO dan AS, dikabarkan meminta 40.000 prajurit tambahan untuk memerangi pemberontakan yang semakin mematikan yang meluas ke berbagai penjuru Afghanistan.
De Kruif mengatakan, pasukan tambahan itu diperlukan di daerah-daerah berpenduduk padat untuk menangkal potensi perluasan pengaruh Taliban.
Panglima wilayah selatan Afghanistan itu juga mengatakan, diperlukan lebih banyak personel sipil untuk membantu pemerintahan, pembangunan dan restrukturisasi setelah daerah-daerah itu dibersihkan oleh militer.
Saat ini hanya ada 200 personel sipil yang bekerja untuk tim-tim pembangunan kembali provinsi di wilayah tersebut, tambahnya.
Sekitar 15.000 prajurit dan 10.000 polisi Afghanistan kini berada di wilayah selatan -- atau separuh dari jumlah pasukan internasional.
McChrystal, panglima pasukan ISAF, merekomendasikan strategi baru untuk mengatasi pemberontak, dengan melindungi rakyat Afghanistan sebagai pilar pusatnya, dan mendesak penambahan sumber daya untuk melaksanakan misi tersebut.
Serangan-serangan Taliban terhadap aparat keamanan Afghanistan serta pasukan asing meningkat dan puncak kekerasan terjadi hanya beberapa pekan menjelang pemilihan umum presiden dan dewan provinsi pada 20 Agustus.
Terdapat lebih dari 100.000 prajurit internasional, terutama dari AS, Inggris dan Kanada, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.
Lebih dari 300 prajurit asing tewas sejak Januari, yang menjadikan 2009 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni tahun lalu, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh diantaranya militan berhasil kabur.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.
Antara 8.000 dan 10.000 prajurit internasional bergabung dengan pasukan militer pimpinan NATO yang mencakup sekitar 60.000 personel di Afghanistan untuk mengamankan pemilihan presiden Afghanistan pada 20 Agustus, kata aliansi itu.
Pemilu yang menetapkan presiden dan dewan provinsi itu dipandang sebagai ujian bagi upaya internasional untuk membantu menciptakan demokrasi di Afghanistan, namun pemungutan suara tersebut dilakukan ketika kekerasan yang dipimpin Taliban mencapai tingkat tertinggi.
Sekitar 300.000 prajurit Afghanistan dan asing mengambil bagian dalam pengamanan pemilu tersebut.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009