Peshawar, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Sejumlah jet tempur Pakistan hari Kamis membom tempat-tempat yang diyakini sebagai pangkalan Taliban di daerah suku Waziristan Selatan yang berbatasan dengan Afghanistan, menewaskan 27 orang, kata beberapa pejabat keamanan.

Militer meningkatkan serangan-serangan bom di kawasan itu, dimana puluhan ribu warga sipil pergi karena khawatir akan ofensif darat yang telah berbulan-bulan diperkirakan akan dilakukan namun hingga kini belum terjadi.

"Terjadi pemboman gencar hari ini. Duapuluh-tujuh orang tewas, tidak jelas berapa orang dari mereka Taliban," kata seorang pejabat keamanan kepada AFP.

Orang-orang itu tewas di tiga lokasi terpisah, tambah pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu.

Seorang pejabat keamanan lain menyebutkan jumlah kematian yang sama, namun belum ada konfirmasi independen mengenai hal tersebut dan identitas korban-korban itu belum jelas.

"Kami menyerang tempat persembunyian militan dengan jet-jet tempur dan helikopter meriam pada tahap pertama operasi di Waziristan Selatan," kata Tariq Hayat, seorang pejabat tinggi pemerintah yang bertanggung jawab atas kawasan suku Pakistan.

"Terdapat sekitar 1.500 militan asing yang mencakup orang-orang Uzbekistan, Chechnya, Arab dan Sudan di Waziristan Selatan," tambahnya.

Penduduk mengatakan, sejumlah jet tempur melakukan penerbangan serangan berulang kali di daerah yang dianggap sebagai sebuah pangkalan militan Taliban itu, Kamis, ketika 40 orang tewas dalam ledakan-ledakan bom dan serangan terkoordinasi terhadap kantor-kantor polisi di sejumlah kota Pakistan.

Para analis menganggap pemerintah tidak memiliki strategi untuk mengatasi muslim militan, yang dituduh bertanggung jawab atas serangkaian serangan tingkat tinggi yang menewaskan lebih dari 160 orang dalam 11 hari di Pakistan.

Pasukan Pakistan mengklaim sejumlah kemenangan militer atas Taliban tahun ini, namun serangan-serangan terus berlangsung, sebagian besar di wilayah baratlaut.

Daerah suku Pakistan, khususnya Lembah Swat, dilanda konflik antara pasukan pemerintah dan militan Taliban dalam beberapa waktu terakhir ini.

Militer Pakistan meluncurkan ofensif setelah Taliban bergerak maju dari Swat ke Buner, ke arah selatan lagi menuju ibukota Pakistan, Islamabad, setelah Washington menyebut kelompok itu sebagai ancaman bagi keberadaan Pakistan, negara yang bersenjatakan nuklir.

Pakistan menyatakan, lebih dari 1.930 militan dan 170 personel keamanan tewas, namun jumlah kematian itu tidak bisa dikonfirmasi secara independen.

AS mendukung ofensif militer Pakistan terhadap Taliban di Lembah Swat dan daerah-daerah baratlaut sekitarnya, yang diluncurkan pada akhir April setelah serangan-serangan sebelumnya yang menterlantarkan 1,9 juta orang.

Ofensif militer diluncurkan di distrik-distrik Lower Dir pada 26 April, Buner pada 28 April dan Swat pada 8 Mei. Ofensif itu mendapat dukungan dari AS, yang menempatkan Pakistan pada pusat strateginya untuk memerangi Al-Qaeda.

Swat dulu merupakan daerah dengan pemandangan indah yang menjadi tempat tujuan wisata namun kemudian menjadi markas kelompok Taliban.

Perjanjian yang kontroversial antara pemerintah dan ulama garis keras pro-Taliban untuk memberlakukan hukum Islam di sebuah kawasan di Pakistan baratlaut yang berpenduduk tiga juta orang seharusnya mengakhiri pemberontakan Taliban yang telah berlangsung hampir dua tahun.

Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani mendesak rakyat Pakistan bersatu melawan kelompok ekstrim, yang menurutnya mengancam kedaulatan negara itu dan yang melanggar perjanjian perdamaian tersebut dengan melancarkan serangan-serangan.

Para pejabat PBB mengatakan, sekitar 2,4 juta orang mengungsi akibat pertempuran itu -- sebuah eksodus yang menurut kelompok-kelompok hak asasi merupakan perpindahan terbesar penduduk di Pakistan sejak negara itu terpisah dari India pada 1947.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009