Manila (ANTARA News/Xinhua-OANA) - Pemerintah Inggris pada Kamis memperingatkan warganya yang berkunjung ke Mindanao, provinsi paling selatan Filipina, menyusul penculikan terhadap seorang pendeta Irlandia oleh kelompok gerilyawan Muslim pekan lalu.
Pemerintah Inggris, dalam pernyataan yang disiarkan oleh laman internet Kementerian Luar Negeri, menyatakan keprihatinan atas ancaman penculikan atas warga asing di Mindanao, merujuk pada penyanderaan terhadap Pendeta Fr. Michael Sinott, yang diculik di kediamannya di Kota Pagadian, Zamboanga del Sur oleh kelompok pria bersenjata.
Para pelaku penculikan itu diduga kuat merupakan anggota kelompok separatis Front Pembebasan Islam Moro (MILF). Namun MILF telah membantah terlibat dalam penculikan tersebut.
"Anda harus sadar bahwa kebijakan pemerintah Inggris itu bukan untuk membuat konsesi substantif bagi pelaku penyanderaan. Pemerintah Inggris mempertimbangkan bahwa pembayaran denda dan pembebasan para tahanan meningkatkan risiko penyanderaan lebih hebat," kata peringatan itu.
Inggris memperingatkan warganya mengenai "ancaman besar" aksi terorisme di seantero Filipina.
"Kelompok-kelompok teroris terus merencanakan serangan-serangan dan memiliki kemampuan serangan secara intensif di setiap waktu dan di mana saja di negara tersebut," katanya.
Kawasan-kawasan yang dilarang bepergian warga Inggris di Filipina oleh pemerintah mencakup wilayah otonomi Mindanao, termasuk pulau-pulau Basilan, Sulu dan Tawi-Tawi, ditambah provinsi-provinsi di timur Filipina seperti Sarangani, Kotabato Utara dan Selatan, Sultan Kudarat, Lanao del Norte, Zamboanga del Sur dan Zamboanga Sibugay.
Warga Inggris juga diperingatkan mengenai risiko serangan teroris terhadap semua bentuk transportasi, mencakup angkutan darat seperti bus dan kereta api, angkutan laut dan udara.
Sekitar 70.000 turis Inggris mengunjungi Filipina setiap tahun.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009