Meski baru satu minggu uji coba pembukaan empat destinasi wisata, tapi geliat mulai teras mulai dari jasa usaha pariwisata seperti rumah makan, toko suvenir, dan pusat oleh-oleh.

Gunung Kidul (ANTARA) - Uji coba pembukaan empat destinasi wisata mampu menggeliatkan kembali ekonomi masyarakat di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada masa pandemi COVID-19.

Empat destinasi wisata yang dilakukan uji coba pembukaan untuk umum dari Rabu (24/6) hingga Selasa (30/6), yakni Gua Kalisuci, Gunung Api Nglanggeran, Pantai Kukup, dan Pantai Baron.

"Meski baru satu minggu uji coba pembukaan empat destinasi wisata, tapi geliat mulai teras mulai dari jasa usaha pariwisata seperti rumah makan, toko suvenir, dan pusat oleh-oleh. Kami akan menjadikan ini sebagai bahan evaluasi dan rekomendasi pembukaan objek wisata di Gunung Kidul," kata Sekretaris Dinas Pariwisata Gunung Kidul Harry Sukmono di Gunung Kidul, Senin.

Baca juga: Wisatawan ke Yogyakarta wajib unduh aplikasi ini

Ia mengatakan jumlah pengunjung dari hari pertama uji coba hingga Minggu (28/6) mencapai 11.154 wisatawan. Rinciannya, pengunjung di Pantai Baron dan Kukup sebanyak 10.100 wisatawan, Gunung Api Purba Nglenggeran sebanyak 1.045 wisatawan dan Kalisuci sebanyak sembilan orang.

Puncak kunjungan uji coba terjadi pada Minggu (28/6), di mana tercatat 6.132 wisatawan mengunjungi Pantai Baron-Kukup. Pada hari yang sama terdapat 448 pengunjung di Nglanggeran, sementara di Kalisuci puncak kunjungan terjadi pada 27 Juni dengan sembilan orang.

"Destinasi wisata pantai masih mendominasi kunjungan wisatawan selama tahap uji coba ini. Kita ketahui bersama wisatawan menghilangkan penat setelah beberapa bulan dilakukan lockdown, sehingga pantai menjadi pilihan utama," katanya.

Baca juga: Menparekraf ingatkan protokol kesehatan sebelum buka destinasi

Namun demikian, Harry Sukomono mengaku masih banyak pengunjung tak menggunakan masker saat berada di lokasi. Selain itu, masih banyak dijumpai pengunjung yang bergerombol. Hal tersebut terutama terjadi di pantai.

"Kami juga mendapat laporan bahwa ada wisatawan yang menolak saat dicek suhunya. Kemudian, mereka kami tolak dan minta pulang. Kami memberlakukan protokol kesehatan sektor pariwisata secara ketat. Kami tidak mau objek wisata menjadi klaster baru penyebab penyebaran COVID-19. Kami berharap wisatawan memaklumi hal ini. Kebijakan ini untuk kepentingan bersama," kata Harry.

Terlepas dari pengunjung yang belum patuh, Harry mengatakan bahwa secara umum para pelaku wisata hingga pedagang sudah sadar dan siap mengikuti protokol kesehatan yang ada.

"Pelaku wisata di objek wisata memiliki kesadaran penerapan protokol kesehatan secara ketat. Kami mengapresiasi mereka atas penyediaan tempat cuci tangan hingga sarana prasarana lainnya. Mereka menyadari pariwisata adalah ladang perekonomian dan sumber penghasilannya," katanya.

Sementara itu, Ketua Pokdarwis Nglanggeran Mursidi menyebut salah satu kendala pada pengunjung adalah masih abai terhadap jaga jarak. Hal ini terutama ditemukan pada rombongan keluarga.

"Tapi secara umum kepatuhan pengunjung sudah bagus. Mereka sudah menggunakan masker saat berada di lokasi," jelas Mursidi.

Pewarta: Sutarmi
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020