Setelah meraih kemenangan di Montevideo atas Uruguay, Rabu malam, pelatih itu, yang mengantar negaranya menjadi juara Piala Dunia tahun 1986, menggunakan kata-kata paling kasar untuk menyerang berulangkali "mereka yang tidak percaya".
"Saya ingin menyatakan terima kasih kepada mereka yang menghormati saya dengan membawa saya ke Piala dunia dan (berterima kasih kepada) orang yang melakukan perjalanan dengan saya ke sini," kata Maradona, Rabu malam.
"Tetapi ... ada orang yang tidak pantas mendapatkan rasa terima kasih," katanya, dalam suatu pernyataan yang ditujukan kepada pers yang mempertanyakan kecocokannya untuk jabatan tersebut serta taktik tim yang dikaruniai pemain berbakat Lionel Messi.
Kecaman mengalir setelah Argentina kalah 1-6 di Bolivia bulan April dan kemudian kalah dari Ekuador, Brasil, dan Paraguay.
Argentina harus memenangi dua pertandingan terakhir di grup mereka dan kemenangan itu mereka peroleh berkat gol di menit terakhir hari Sabtu saat melawan Peru dan gol kemenangan dari pemain tak terkenal, Mario Bolatti, enam menit menjelang pertandingan usai di Montevideo.
Hasilnya, Argentina menempati posisi keempat di grup Amerika Selatan dan lolos ke Afrika Selatan.
"Saya mempunyai kenangan yang baik," kata Maradona memperingatkan para wartawan. "Saya tidak akan melupakan mereka yang tidak percaya kepada tim saya dan memperlakukan saya sebagai orang yang tidak berguna.
"Hari ini kami masuk ke putaran final Piala Dunia, tanpa bantuan siapapun," kata Maradona.
Surat-surat kabar Buenos Aires melaporkan bahwa hubungan pelatih tersebut dengan Manajer Tim, Carlos Bilardo, kurang baik. "Anda membuat masalah dengan Bilardo," tuduh Maradona.
Suatu pilihan mengejutkan untuk mengganti Alfio Bastile sebagai pelatih 28 Oktober tahun lalu, Maradona berusia 48 tahun dua hari kemudian.
Tanpa pengalaman sebagai pelatih yang serius, keputusan tersebut dianggap sebagai berbahaya dengan ketenaran legenda sepak bola tersebut, di luar Argentina, sejak lama memudar.
Tetapi, pada awalnya ia berhasil meredam para pengecamnya.
Suatu tim yang hanya menang sekali dari tujuh pertandingan sebelumnya mengalahkan Skotlandia 1-0 di bawah asuhan Maradona, mengalahkan Prancis 2-0, dan mengalahkan Venezuela 4-0.
Empat hari kemudian, dalam pertandingan yang tidak meyakinkan di lapangan yang berketinggian 3.500 meter di La Paz, Argentina dipermalukan 1-6 oleh Bolivia, salah satu kekalahan paling besar juara dunia dua kali tersebut dalam sejarah.
Sebelum dua pertandingan terakhir Maradona bahkan menyatakan ia mungkin akan mengundurkan diri.
"Setelah lolos, saya akan berbicara dengan Julio (Grondona, ketua Federasi Sepak Bola Argentina). Saya akan menunggu apakah saya akan terus dan ini akan berdasar4kan persyaratan saya," katanya.
"Pada saat Julio menawarkan jabatan tersebut kepada saya, saya menjadi orang yang paling bahagia di dunia. Tetapi, sejak itu kemudian ada hal-hal yang tidak menyenangkan saya," katanya.(*)
Pewarta: Ricka Oktaviandini
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009