Brussel (ANTARA News/AFP) - NATO hari Rabu menyambut baik tawaran Inggris untuk mengirim pasukan tambahan ke Afghanistan dan menggemakan lagi seruan Perdana Menteri Gordon Brown agar negara-negara sekutu mengirim pasukan tambahan.
"Kita bisa melihat unsur-unsur yang begema sangat keras di markas besar NATO," kata jurubicara James Appathurai, khususnya penekanan Inggris agar upaya-upaya dipusatkan pada pelatihan militer dan polisi Afghanistan.
Inggris menjanjikan 500 prajurit tambahan ke Afghanistan dan Brown mendesak negara-negara sekutu berbuat lebih banyak.
"Setiap orang pasti sepakat bahwa jika mereka merupakan bagian dari koalisi, mereka harus menanggung beban," katanya.
Pengumuman itu, yang akan membuat jumlah pasukan Inggris di Afghanistan menjadi 9.500, disampaikan ketika Presiden AS Barack Obama mempertimbangkan permintaan bagi penambahan 60.000 prajurit yang diajukan oleh Jendral Stanley McChrystal, panglima tinggi pasukan AS dan NATO di Afghanistan.
"Semua sekutu NATO harus mengkaji lebih lanjut apa yang bisa mereka berikan," kata Appathurai kepada wartawan di Brussel.
"Itu dilakukan tidak saja oleh satu atau dua negara," katanya, dengan menambahkan bahwa penting "mengkaji tindakan lebih lanjut apa yang bisa mereka lakukan saat ini, sehingga nantinya tidak terlalu memikirkan banyak hal".
Enam tahun setelah memimpin komando atas Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) di Afghanistan, negara-negara NATO masih berusaha mengendalikan pemberontakan yang dilakukan oleh milisi Taliban, Al-Qaeda dan kelompok kriminal.
DI tengah meningkatnya korban-korban sipil dan militer di Afghanistan, opini publik berubah menjadi menentang operasi itu, yang merupakan misi NATO yang terbesar dan paling ambisius.
McChrystal, panglima pasukan ISAF, merekomendasikan strategi baru untuk mengatasi pemberontak, dengan melindungi rakyat Afghanistan sebagai pilar pusatnya, dan mendesak penambahan sumber daya untuk melaksanakan misi tersebut.
Serangan-serangan Taliban terhadap aparat keamanan Afghanistan serta pasukan asing meningkat dan puncak kekerasan terjadi hanya beberapa pekan menjelang pemilihan umum presiden dan dewan provinsi pada 20 Agustus.
Terdapat lebih dari 100.000 prajurit internasional, terutama dari AS, Inggris dan Kanada, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.
Lebih dari 300 prajurit asing tewas sejak Januari, yang menjadikan 2009 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni tahun lalu, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh diantaranya militan berhasil kabur.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.
Antara 8.000 dan 10.000 prajurit internasional bergabung dengan pasukan militer pimpinan NATO yang mencakup sekitar 60.000 personel di Afghanistan untuk mengamankan pemilihan presiden Afghanistan pada 20 Agustus, kata aliansi itu.
Pemilu yang menetapkan presiden dan dewan provinsi itu dipandang sebagai ujian bagi upaya internasional untuk membantu menciptakan demokrasi di Afghanistan, namun pemungutan suara tersebut dilakukan ketika kekerasan yang dipimpin Taliban mencapai tingkat tertinggi.
Sekitar 300.000 prajurit Afghanistan dan asing mengambil bagian dalam pengamanan pemilu tersebut.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009