Kupang (ANTARA News) - Busana pengantin dan tata cara perkawinan adat di Nusa Tenggara Timur (NTT) terancam punah tergerus oleh perkembangan jaman serta maraknya busana modern belakangan ini.
Busana dan tata cara perkawinan adat NTT sudah kurang diminati lagi terutama di kalangan generasi sekarang sehingga kian lama kian punah keasliannya terkontaminasi budaya luar yang serba instan, kata Ketua DPD Asosiasi Ahli Rias Pengantin Modifikasi dan Modern Indonesia, Eveline Mauboy-Faah, di Kupang Rabu.
Hadirnya budaya luar (asing) yang serba instan telah mengancam kebudayaan sendiri yang sebenarnya elok dan menarik, terutama jika busana pengantin adat itu dipadukan dengan upacara perkawinan adat.
Berlatar belakang kondisi itu lah, asosiasi yang dipimpinnya menggelar seminar dan lokakarya tentang Tata Rias dan Tata Upacara Pengantin Adat di NTT untuk membangkitkan kembali semangat melestarikan budaya itu.
Seminar menghadirkan pakar adat dari empat suku atau etnis dari Timor diwakili Ir Gustaf Oematan, MSi, Rote oleh Yacok Run, SH, Sabu oleh Drs Hendrik Bunga dan Sumba TImur oleh Drs. Umbu Hamatara itu.
"Seminar dan Lokakarya ini juga sebagai bentuk sosialisasi kepada generasi muda dan para pemilik atau pengelola salon kecantikan dan para perias pengantin agar ikut mencegah kepunahan busana adat dan tata perkawinan adat dengan menyediakan atau mempromosikan sarana ini untuk para relasinya," kata Eveline.
Kepada 150 peserta Seminar dan Lokakarya yang datang dari 21 Kabupaten/Kota di NTT ini diharapkan mengembangkan atau melakukan hal serupa di daerahnya untuk mengeleminir ancaman kepunahan kebudayaan ini di tengah maraknya busaya dari luar.
Seminar yang juga dihadiri Pengurus Konsorsium Pusat Ibu Wiwiek Wahono dan Ketua DPP Asosiasi Ahli Rias Pengantin Modifikasi dan Modern Indonesia akan dilanjutkan dengan lomba tata rias busana dari pengelola salon kecantikan yang ada di Kota Kupang-NTT yang diikuti 30 peserta.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009