Jakarta (ANTARA News) - PT Carrefour Indonesia memprotes Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan (LHPL) Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) atas dugaan monopoli yang dituduhkan pada perusahaan ritel asal Perancis itu.

"Kami dari awal tidak sependapat dengan KPPU. Tuduhan KPPU itu tidak berdasar," kata Direktur Corporate Affairs PT Carrefour Indonesia, Irawan Kadarman di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, dugaan monopoli yang dituduhkan pada perusahaannya tidak benar. Berdasarkan riset Nielsen, pangsa pasar Carrefour dalam ritel modern sebelum akuisisi hanya sebesar 14,5 persen dan naik menjadi 17 persen setelah akuisisi Alfa.

Selain itu, berdasarkan riset Mars Indonesia, pangsa pasar Carrefour di ritel modern sebesar 5,8 persen.

"Tim pemeriksa tidak memeriksa seluruh bukti, dokumen, dan keterangan yang telah diberikan oleh PT Carrefour Indonesia selama proses pemeriksaan," ujarnya.

Kuasa hukum PT Carrefour Indonesia, Ignatius Andy menjelaskan Carrefour memang memimpin pasar (market leader) namun tidak memiliki posisi monopoli dan tidak dominan.

"Tim pemeriksa memiliki data bahwa pangsa pasar terlapor (Carrefour) kecil dan terlapor tidak memiliki posisi monopoli dan tidak dominan. Tabel 7 halaman 6 LHPL," katanya.

Andy menjelaskan berdasarkan data itu, PT Carrefour Indonesia memiliki pangsa pasar pada 2007 hanya sebesar 19,63 persen.

Menurut Andy, KPPU tidak bertindak dengan adil karena menghitung pangsa pasar gabungan antara Carrefour dengan Alfa namun hal itu tidak dilakukan bagi peritel lainnya.

"Hero itu kan juga punya gerai Giant, Matahari Group juga punya berbagai bentuk ritel lainnya," tambahnya.

Bukan raksasa

Andy mengakui Carrefour memang memimpin pasar ritel nasional namun tidak memiliki posisi monopoli.

"Kami juga mengalami rugi di sebagian toko yang kami miliki," ujarnya.

Beberapa outlet yang ditutup adalah di Moolis Bandung, Pluit Megamall, Ratu Plaza dan Braga City Bandung.

Selain tutup, beberapa outlet lainnya juga mengalami kerugian antara lain outlet di ITC Surabaya, Kalimas, Bekasi Square, Kiara Condong Bandung, Sukajadi Bandung, Cikarang, Daan Mogot, Rungkut Surabaya, Madiun, Cakung dan Ciputat.

"Penyebabnya bermacam-macam, ada yang karena kalah bersaing juga," jelas Irawan. (*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009