"Tantangannya, memutuskan rantai penularan di tengah masyarakat. Tidak boleh kita lihat permasalahan yang ada di rumah sakit saja," kata Yurianto dalam konferensi pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB yang dipantau di Jakarta pada Sabtu.
Infeksi COVID-19 masih terjadi, kata dia, karena sumber penularan ada di tengah masyarakat. Pasien positif dengan gejala yang berada di rumah sakit lebih aman dari risiko menularkan karena berada dalam isolasi.
Tapi, orang yang terinfeksi tanpa gejala atau memiliki gejala ringan dan tidak melakukan isolasi secara baik akan menjadi salah satu sebab penularan terus bertambah.
Baca juga: Jubir: Pasien COVID-19 bertambah 1.178 akibat abai protokol kesehatan
Baca juga: 19.241 pasien sembuh dari 47.896 positif COVID-19
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan itu mengatakan Gugus Tugas pusat sudah berkomunikasi dengan beberapa pemerintah daerah dengan kasus positif yang masih tinggi.
Yurianto menjelaskan bahwa beberapa daerah yang harus melakukan intervensi lebih cepat, tidak hanya untuk banyaknya kasus tapi juga karena tingginya jumlah kasus per 100.000 orang.
"Yang kemudian bisa direpresentasikan sebagai tingkat risiko ancaman tertular di beberapa daerah masih cukup tinggi. Ini semua terjadi karena memang sumber penularan masih berada di tengah-tengah masyarakat," kata dia.
Penularan masih terjadi karena terdapat orang yang terinfeksi tidak melakukan isolasi dan tidak menjalankan protokol kesehatan untuk tidak menulari ke orang lain. Selain itu, terdapat segmen masyarakat yang tidak mengambil langkah untuk melindungi diri sendiri seperti memakai masker, menjaga jarak serta rajin mencuci tangan.*
Baca juga: 18.735 pasien sembuh dari 46.845 positif COVID-19
Baca juga: Achmad Yurianto pun bertanya, masih asinkah rasa air laut
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020